Kamis, 29 Desember 2016

Pengaturan Kamera Terbaik Untuk Fotografi Makro

Pengaturan Kamera Terbaik Untuk Fotografi Makro. Fotografi makro, ya fotografi yang mulai banyak di gemari bagi kalangan fotografer dewasa ini. Apalagi dengan keluarnya smartphone yang menghadirkan kamera dengan resolusi megapixel yang tinggi sehingga banyak bermunculan komunitas-komunitas fotografi handphone seperti makro. Sebenarnya fotografi sudah lama ada tetapi dulu harga lensa dan kamera masih sekali sehingga jarang sekali orang yang mau menekuni dunia fotografi khusunya makro.


Fotografi makro menonjolkan detail dari setiap gambar yang dihasilkannya. Dan juga membutuhkan ketelitian dalam setiap pengambilan gambarnya karena yang di ambil adalah objek yang terbilang sangat kecil seperti hewan kepik, lalat, nyamuk, dll. Dan disini saya akan membagi ilmu yang baru saya pelajari agar anda mampu membuat fotografi makro lebih menarik lagi. Saya akan menjelaskan pengaturan kamera terbaik dalam fotografi makro.

Mendapatkan kualitas close-up yang terbaik adalah dengan cara memperhatikan detail dari objek yang akan kita ambil gambarnya. Dan untuk mendapatkan hal ini anda harus mulai tau tentang pengaturan kamera anda dan anda harus berfokus pada kedua subjek yaitu objek dan juga latar belakang dari objek. Hal ini akan memebuat anda mendapatkan latar belakang yang sempurna.

Sama seperti saat mengambil gambar portrait, dalam fotografi makro kita juga harus memperhatikan kedalaman lapangan sebagai faktor yang paling pentingnya. Karena itu anda harus mengatur kamera anda ke mode eksposur aperture-priority untuk memberikan anda kontrol atas pengaturan aperture dalam kamera.

Sebuah aperture f/8 adalah titik awal yang cocok untuk pengambilan gambar makro, tetapi anda mungkin akan mengubah pengaturan ini untuk mencapai jumlah yang tepat dari kedalaman lapangan untuk pengambilan gambar anda saat itu. Intinya yang paling penting adalah untuk beralih ke fokus manual saat anda mulai memotret close-up suatu objek makro tersebut, fokus adalah hal penting dalam mempelajari fotografi makro, dan menggunakan manual bukan otomatis. Fokus akan membuat lebih mudaj untuk mendapatkan area yang tepat dari objek yang akan anda ambil gambarnya menjadi tajam dan benar-benar fokus.

Banyak sekali objek makro yang akan membuat frame anda dengan warna tunggal, white balance otomatis akan menghasilkan warna tunggal seperti itu. Jadi solusinya adalah beralih ke salah satu preset white balance dan hal ini akan membantu anda menghindari hal diatas. Tetapi pengaturan white balance harus sesuai dengan kondisi pencahayaan pada lingkungan anda mengambil gambar.

Banyak sekali hambatan dalam mengambil gambar makro yang bagus, terkadang anda tidak akan mendapatkan kualitas gambar yang terbaik karena kamera goyang dan gerakan objek yang cepat dapat membuat anda tidak mungkin untuk megeambil gambar pada kecepatan rana yang sangat lambat. Pengaturan ISO 200 adalah mungkin rekomendasi yang baik antara kualitas gambar dan memungkinkan kamera untuk memilih kecepatan rana yang paling cepat menjadi mungkin.

Memilih aperture yang tepat adalah salah satu cara yang akan memnbuat sebanyak mungkin objek lebih fokus dan memiliku blur pada latar belakangnya, ini adalah salah satu kunci dalam suksesnya fotografi makro.

Jadi meskipun anda telah mengatur aperture anda ke pengaturan umum seperti f/8 anda juga perlu untuk mengubah peraturan ini dengan cepat sesuai dengan objek yang ada di hadapan anda.

Ketika anda memulai megambil gambar cobalah untuk memperhatikan kecepatan rana, kamera goyang akan menjadi masalah besar ketika anda mengambil gambar close-up. Jika kecepatan rana terlalu lambat ini tidak memungkinkan bagi anda untuk mengambil gambar dalam kondisi memegang kamera secara manual. Anda membutuhkan platform yang benar-benar stabil seperti tripod, ya anda harus menggunakan tripod untuk menghasilkan gambar yang stabil karena menggunakan kecepatan rana yang lambat.

Dan misalkan jika saat anda mengambil gambar terdapat angin yang bertiup kencang maka hal ini akan melebihi masalah seperti saat anda memegangi kamera anda secara manual tadi. Danjika ini terjadi pada anda satu-satunya cara adalah dengan mengatur kecepatan rana lebih cepat dan meningkatkan pengaturan ISO pada kamera anda.

Namun jika anda tidak mempunyai/membawa tripod, anda dapat mengubah mode pengambilan gambar ke continous shooting dan mengambil gambar secara sebanyak-banyaknya denga sangat cepat. Hal ini akan meningkatkan peluang anda bahwa setidaknya ada satu gambar yang akan terlihat paling tajam di antara gambar yang lainnya.

Hal ini karena bahkan perubahan sangat kecil dalam jarak antara kamera dan objek akan menyebabkan kesalahan fokus pada banyak gambar makro tanpa tripod. Mode brust akan memberikan serangkaian tembakan di berbagai jarak dengan sangat teliti. Anda juga harus memperhatikan white balance pada kamera anda untuk mendapatkan warna yang akurat. Jika misalnya cahaya jatuh pada objek anda melalui dedaunan, itu akan menjadi lebih hijau dari biasanya.

Jika ini terjadi maka berarti nilai-nilai yang telah ditetapkan adalah normal (atau white balance otomatis) tidak memberikan warna yang sesungguhnya. Dalam situasi seperti ini sebaiknya anda menggunakan custom pre-set white balance.

Dibawah ini adalah ringkasan pengaturan khusus untuk fotografi makro :

File format : RAW
Exposure : Mode
Aperture-priority
Aperture : f/8
ISO : 200
Shutter Speed : 1/1000 sec
Focus mode : Manual
Drive Mode : Single Shoot
White Balance : Daylight

Nah mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan tentang penngaturan terbaik untuk melakukan
fotografi makro. Semoga tulisan saya di atas dapat bermanfaat bagi kita semua dan bisa menambah ilmu fotografi kita.

Post By : Imam Sapi'i
Baca selengkapnya

Cara Mengatasi Error 30 Canon EOS 5D Mark II

Error 30 Canon EOS 5D Mark II apa penyebab dan bagaimana solusi mengatasi nya? simak pembahasannya dalam artikel berikut.


Singkat cerita seorang teman datang dan membawa kameranya yaitu Canon EOS 5D Mark II, dia mengeluhkan seputar permasalahan pada gear peralatan yang menjadi teman setianya dalam mengabadikan gambar tersebut. Pada kamera tersebut sesekali ketika sedang menjepret keluar pesan kode error 30 dilayar display, walaupun tidak berpengaruh terhadap hasil foto di memori card namun ia merasa sangat terganggu dengan kondisi tersebut.

Ia bercerita bahwa kamera tersebut memang sering dipakai untuk “perang” mengejar moment diberbagai kesempatan sesuai profesinya sebagai freelance fotografer, sehingga mode dengan FPS tinggi atau continues shooting sangat sering di gunakan.

Selanjutnya juga ia menambahkan bahwa pesan Error 30 Canon EOS 5D Mark II tersebut akan menghilang setelah kamera dihidupkan ulang (On/OFF). Kode error tersebut juga tidak selalu muncul tiap waktu, tapi random pada waktu-waktu tertentu saja.

Berangkat dari obrolan tersebut lantas kami menuju ke salah satu tempat service kamera di kawasan Pasar Baru Jakpus (Baca : Daftar tempat service kamera dslr canon Nikon) yang sudah menjadi langganan dan percaya dengan hasil kerjanya dengan harapan kamera tersebut bisa diperbaiki. Kami memilih membawa keservice non resmi dengan asumsi dapat menekan biaya perbaikan ataupun penggantian sparepart.

Layaknya Dokter dan pasien yang sedang berkonsultasi terjadilah beberapa percakapan seputar masalah Error 30 Canon EOS 5D Mark II tersebut . Kesimpulan awal tekhnisi di bengkel memberikan beberapa asumsi atau dugaan awal/diagnosa kerusakan yang terjadi, namun belum bisa dipastikan 100% sebelum dilakukan pengecekan dalam artian pembongkaran.

Berikut Dugaan Awal Penyebab Error 30 Canon EOS 5D Mark II:
Ada masalah pada kabel fleksibel yang menghubungkan tombol shutter dengan mainboard
Ada masalah pada shutter blade/hordeng kamera.
Kerusakan mekanis pada blok shutter.

Selesai diskusi tersebut akhirnya disepakati bahwa kamera perlu dilakukan pembongkaran untuk memastikan kerusakan, waktu pengerjaan sekitar 1-3 hari tergantung berat ringannya kerusakan dan ketersediaan parts. Kamera pun terpaksa harus rawat inap.

Keesokan harinya teknisi memberi kabar soal kerusakan Error 30 Canon EOS 5D Mark II tersebut dan menyimpulkan bahwa:
Error 30 Canon EOS 5D Mark II pada kasus tersebut disebabkan karena dudukan per (per balik) pada mekanis shutter patah (Bagian Blok Shutter), sehingga per terebut tidak menjalankan fungsinya. Akibatnya kamera memberikan kode error pada layar.

Teknisi memberikan opsi pilihan perbaikan yaitu pertama Ganti satu set blok mekanis shutter baru dengan harga sparepart dibilang relatif tinggi, kedua kanibal atau sparepart bekas yang memiliki kesamaan dengan fungsi yang masih layak dengan harga yang jauh lebih ekonomis. Akhirnya dipilihlah opsi kedua.

Sore hari dikabarin lagi bahwa kamera sudah selesai diperbaiki dan di test fungsi aman lancar.

Post By : Imam Sapi'i
Baca selengkapnya

TIPS Merawat Baterai Kamera

Baterai kamera sebagai salah satu komponen utama penunjang kinerja sebuah DSLR memerlukan perawatan khusus agar dapat berfungsi maksimal, usia pakai yang lama serta aman bagi bodi kamera. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam hal perawatan baterai kamera? simak pembahasannya pada bahasan berikut.


Dalam hal perawatan baterai kamera dslr berikut point-point utama sekaligus tips yang bisa dijadikan pedoman:

Baterai Original dan Tiruan/KW.
Dari kedua pilihan ini baterai original tentu saja memberikan kualitas yang lebih baik. Selain ukuran fisik yang lebih presisi, material juga lebih baik. Yang paling mencolok adalah jumlah cycle Count atau seberapa banyak baterai tersebut bisa di isi ulang jauh lebih tinggi dan real dibanding baterai tiruan/kw. Jadi ngomongin awet tidaknya baterai anda salah satunya tergantung dari faktor ini, harga ngga bohong.

Charger Original dan Tiruan/KW
Kualitas charger juga menentukan awet tidaknya baterai kamera anda, charger original mempunyai kemampuan yang lebih baik dan relatif stabil dalam memberikan supply kepada baterai yang di charger sehingga tidak merusak rangkaian elektronik serta sel-sel pada baterai. Tatkala baterai penuh charger original lebih presisi memutus arus listrik ke baterai yang dicharger agar tidak terjadi overcharger yang memperpendek usia pakai atau mengurangi recycle count baterai.

Cycle Count Baterai
Perhatikan juga bahwa Cycle Count (seberapa kali/banyak baterai bisa diisi ulang) untuk tipe lithium ion baterai sekitar 300-500 cycle, setelah lewat masa tersebut kinerja baterai sudah tidak semaksimal dibanding sebelumnya.

Pola Charge – Pengecasan
- Menurut beberapa sumber pola pengecasan yang baik adalah minimal 15% sisa daya yang ada di baterai, serta maksimal di 90-100%.Jangan terlalu sering mengecas baterai pada kondisi daya masih diatas 90%, akan memperpendek usia pakai.Jangan biarkan bateri terlalu lama tidak digunakan, seiring waktu terjadi penyusutan daya yang ada didalam baterai apalagi berada dibawah suhu ideal. Semakin dingin maka penyusuatan semakin cepat, sebaliknya semakin panas mempercepat kerusakan sel baterai.
- Baterai yang terlalu lama tidak digunakan akan merusak sel baterai itu sendiri yang mengakibatkan baterai tidak bisa dicharger kembali. Pada beberapa kasus baterai berumur muda/baru sekalipun jika lama tidak digunakan akan rusak.

Penyimpanan
- Lepaskan baterai dari bodi kamera jika lama tidak digunakan agar tidak terjadi penyusutan daya 
yang cepat.
- Masukan baterai kedalam casing/box baterai/tempat penyimpanan khusus agar pin konektor baterai terhindar dari benda-benda yang dapat mengakibatkan korsleting (logam/dll). Pin baterai yang korslet akan merusak baterai dan mengurangi usia pakai baterai secara signifikan.
Baca selengkapnya

Cara Membuat Light Painting Dengan Smartphone

Light Painting adalah salah satu jenis fotografi yang banyak di gandrungi para fotografer-fotogafer muda karena keindahannya. Selain karena keindahannya fotografi jenis satu ini juga menuntut kreatifitas kita. Karena disini kita bermain dengan cahaya dan memainkannya hingga membentuk suatu objek yang kita inginkan. Light Painting bisa dibilang seni fotografi yang menggunakan teknik long exposure untuk menangkap cahaya sebagai objeknya, cahaya yang dijadikan objek foto ini sengaja dibentuk untuk membuat pola tertentu.


Light Painting ini sering sekali dibuat dengan kamera DSLR karena settingan kameranya yang lengkap. Namun seiring perkembangan teknologi handphone juga mengalami perkembangan dalam segi kameranya. Smartphone adalah handphone pintar saat ini yang terus mengalami perkembangan yang cukup siginifikan. Banyak sekali fitur-fitur yang terus mengalami perkembangan, salah satunya adalah kualitas kameranya. Kamera smartphone saat ini semakin dibekali fitur yang kualitasnya hampir menyerupai kamera-kamera digital seperti DSLR. Nah maka dari itu kita bisa membuat Light Painting dengan Smartphone tanpa mahal-mahal membeli kamera DSLR.

Kunci dalam membuat Light Painting ini adalah dengan berada di dalam suatu tempat/ruangan dengan kondisi cahaya yang gelap. Jika kita ingin membuat Light Painting di luar ruangan maka kita harus melakukan pemotretan pada malam hari. Tetapi jika kita ingin membuat Light Painting di dalam ruangan makan kondisikann ruangan itu benar-benar gelap agar gambar yang kita hasilkan nanti benar-benar maksimal.

Sebelum melakukan pemotretan/pengambilan gambar sebaiknya anda membuat perencanaan terlebih dahulu, apa yang akan kita buat nanti dan bagaimana gerakan cahayanya agar saat pengambilan gambar tidak sering membuat kesalahan. Dan tentunya perancanaa/konsep juga sangat mempengaruhi kualitas dari Light Paintingmu.

Dibawah ini adalah peralatan yang anda butuhkan untuk membuat Light Painting :
- Smartphone
- Tripod
- Sumber Cahaya (Senter, LED warna (lebih bagus)
- Aplikasi Camera FV-5 (Download di Playstore)

Settingan kamera untuk membuat Light Painting :
Buka aplikasi Camera FV-5 terlebih dahulu, setelah itu lalu setting shutter speed di custom atur waktunya di atas 20/detik atau sesuaikan dengan keinginan anda sendiri, sesuaikan dengan panjang atau lama anda dalam membuat lukisan cahaya anda. Atur settingan WB di mode bulb dan atur ISO sebanyak 100.

Setelah semua sudah di atur sesuai seperti di atas tadi sekarang saatnya untuk pengambilan gambar. Tinggal pencet tombol shutter pada kamera lalu mulailah membuat tulisan/gambar menggunakan senter tadi. Untuk hasil yang lebih maksimal dan gambar lebih stabil usahakan untuk memakai tripod karena ibarata kata Light Painting tanpa tripod itu seperti "Sayur tanpa garam. Atau anda bisa meletakan Smartphone anda pada tempat yang stabil seperti kursi, meja, dll, yang penting kamera tidak goyah agar cahaya light painting bisa stabil.

Nah mungkin itu saja yang dapat saya jelaskan tentang cara membuat light painting menggunkan smartphone. Semoga informasi yang saya berikan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi kita semua. Salam jepret.

Post By : Imam Sapi'i
Baca selengkapnya

Kenali Beragam Jenis Filter Lensa Serta Fungsinya

Filter lensa kamera adalah salah satu aksesoris pendukung yang wajib dimiliki dalam fotografi, benda yang umumnya berbentuk bulat dan memiliki ring besi ini memiliki beraneka macam jenis dan fungsi yang dapat disesuikan dengan kebutuhan dalam memotret.


Fungsi paling dasar dari aksesoris ini adalah untuk melindungi bagian utama lensa bagian depan dari benturan, goresan, debu dan hal lainnya yang dapat merusak optik lensa. Fungsi selanjutnya adalah memberikan efek-efek tertentu pada hasil foto semisal dalam fotografi landscape, low speed, Foto hitam putih dan efek warna lainnya.


Ukuran filter lensa kamera juga berbeda-beda menyesuaikan tipe lensa yang digunaka, untuk pembahasan lengkapnya baca Ukuran ring filter lensa kamera.

Berdasarkan Fungsinya Berikut Jenis Filter Lensa Kamera:

1.Filter Ultra Violet (UV)
Secara fisik optik pada lensa ini seperti kaca biasa berwarna bening, fungsi utamanya adalah memfilter sinar ultra violet yang masuk agar tidak memberikan efek Haze atau kabut tipis pada foto. Namun diera fotografi digital sekarang filter ini lebih ditujukan untuk melindungi fisik lensa (pengaman) dari benturan. Dipasaran filter jenis ini terdapat 2 jenis yaitu yang memakai kode UV dan UV MC (Multicoated), pada seri yang MC dari segi harga akan lebih mahal dikarenakan ada lapisan tambahan pada optiknya sehingga memberikan fungsi lebih baik pada filter tersebut.

2.Filter Polarisasi /CPL
Optik kaca pada filter ini berwarna sedikit kehitaman mirip kaca film, bagi para pemburu foto landscaper biasanya merupakan aksesoris wajib.
Fungsinya:
Meningkatkan kontras antara langit dan awan sehingga langit kelihatan menjadi lebih biru (*syaratnya warna langit memang sudah biru), selanjutnya adalah mengurangi pantulan cahaya pada kaca, benda-benda mengkilap seperti pada body mobil dan permukaan air. Jadi ketika memotret menggunakan filter ini seperti memotret pada kolam ikan, dasar kolam akan kelihatan lebih bersih tanpa pantulan cahaya di permukaan air.

3. Filter Neutral Density (ND)
Optik kaca pada filter ini berwarna sedikit kehitaman mirip kaca film, kepekatan berbeda beda sesuai tingkatannya. Juga merupakan filter wajib bagai para pemburu foto landscaper.
Fungsinya:Sesuai karakternya yang tidak mengubah arah dan karakter cahaya yang masuk ke kamera namun hanya mengurangi intensitas cahaya (menjadi lebih gelap) filter ini cocok untuk fotografi long exsposure atau foto slowspeed. Juga sering digunakan untuk pemotretan siang hari yang menggunakan diafragma besar untuk menurunkan beberapa F-stop agar foto tidak menjadi over cahaya.

4. Filter Graduated ND
Secara umum filter ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan filter ND diatas, namun perbedaannya adalah disalah satu sisi (atas atau bawah – sebaliknya) mempunyai kepekatan yang berbeda jadi bisa dikostum. Biasa digunakan oleh pemburu foto landscaper untuk memotret perbedaan tonal yang mencolok seperti memotret sunset atau sunrise di laut.

5. Filter Infrared (IR)
Filter ini membatasi spektrum warna selain sinar infrared yang masuk kedalam kamera. Hasil foto sedikit terlihat agak kemerahan.

6. Filter Close Up
Jenis filter ini biasa digunakan pada fotografi makro, fungsinya memungkinkan fungsi fokus lensa menjadi lebih dekat terhadap objek. Sebenarnya masih banyak lagi jenis filter lensa kamera yang ada dipasaran, namun beberapa sudah jarang digunakan lagi di zaman era fotografi digital karena fungsinya sudah digantikan oleh software olah digital seperti photoshop. Filter filter tersebut diantaranya Filter BW (Black and white) dan filter soft focus.

Post By : Imam Sapi'i
Baca selengkapnya

10 Hal untuk menghindari jamur pada lensa Anda

Tips dan cara merawat agar lensa kamera tidak jamuran akan menjadi pokok bahasan dalamnartikel kali ini. Sebagaimana masalah yang kerap dialami elemen optik/kaca pada umumnya, terlihat ciri-ciri atau tanda berupa bercak atau kotoran menyerupai jamur baik dalam ukuran kecil sampai ukuran besar termasuk menyerupai kabut (Fog) pada tingkat terparah.


Akibatnya hasil jepretan dari kamera menjadi tidak maksimal, mulai dari susah fokus, gambar blur, hingga terdapat noda terutama ketika membidik menggunakan diafragma (F) kecil. Sebuah lensa ibarat mata bagi kamera dslr, bagian inilah yang akan menangkap cahaya yang masuk dan kemudian diproses oleh prosessor yang terdapat pada bodi kamera sehingga menjadi sebuah gambar yang cantik. Agar tetap bekerja maksimal diperlukan metode atau perlakuan khusus dalam perawatannya sehari-hari.
Beragam kerusakan lensa secara umum disebabkan oleh kesalahan penggunaan atau perawatan dari si pemakai juga termasuk faktor-faktor non teknis lainnya. Dalam postingan kali ini akan dijabarkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perawatan lensa kamera tersebut.
Berikut tips dan cara merawat agar lensa kamera tidak jamuran:

1. Jaga kebersihan
Tidak mengganti/membuka lensa di tempat berdebu.

2. Hindari sentuhan.
Hindari kontak langsung/menyentuh bagian optik lensa dengan jari atau tangan. Hal ini menjadi penting karena bagian tubuh seperti tangan cenderung basah dan lembab, jika menyentuh bagian optik akan meninggalkan bekas/noda. Lama-kelamaan jika dibiarkan noda tersebut dapat menjadi cikal bakar tumbuhnya jamur.

3. Hindari pergantian suhu ekstrim.
Hal ini maksudnya jika lensa digunakan berpindah tempat secara ekstrim seperti dari daerah yang bersuhu panas (pantai/daratan) ke daerah yang bersuhu dingin/kelembaban tinggi (pegunungan, lembah, goa) atau sebaliknya sangat rentan terhadap tumbuhnya jamur. Siapkan tas khusus dan sarung tas anti hujan (cover bag) apabila perlu bawa dry box. Hal ini memang agak merepotkan, namun jika di hitung dengan harga barang yang kita bawa bisa menjadi pertimbangan.

4. Gunakan kain/kertas pembersih khusus.
Jika membersihkan optik lensa hendaknya menggunakan kain/kertas khusus yang berbahan halus. Jangan menggunakan tissu yang biasa dipakai untuk perawatan tubuh, karena tissu tersebut pada umumnya bertekstur kasar sahingga dapat menyebabkan baret halus pada permukaan kaca optik.

5. Pasang filter
Pada pemotretan yang memerlukan gerak cepat dan medan ekstrim seperti dokumentasi lapangan, peristiwa dan kegiatan tertentu usahakan untuk menggunakan filter pada ujung lensa. Jenis filternya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, namun secara umum dapat menggunakan filter UV (ultraviolet) yang bersifat netral sehingga dapat digunakan diberbagai medan pemotretan. Selain dapat memberikan efek tertentu, filter ini dimaksudkan melindungi optik lensa dari debu dan benturan benda-benda yang tidak diharapkan.

6. Pasang Caps/penutup
Selalu tutup optik lensa dengan caps penutup selagi lensa tersebut tidak digunakan, baik dalam posisi penyimpanan ataupun sedang dalam kegiatan pemotretan.

7. Matikan tombol Af dan Vr
Pada saat lensa tidak digunakan atau disimpan dalam lemari penyimpanan dan tas kamera, usahakan mengubah pengaturan lensa dari autofocus (AF) ke mode manual (M) termasuk mode VR (Vibration Reduction). Gunanya agar jika ring focus berputar secara tidak sengaja akibat getaran dan benturan tidak memberikan pengaruh/merusak terhadap kinerja motorik pada bagian dalam lensa.

8. Pasang dengan tepat dan teliti.
Untuk menghindari kerusakan mounting lensa dan kamera, usahakan setiap kali bongkar pasang harus tepat dan teliti. Perhatikan titik kunci pada lensa dan body kamera serta tidak lupa menekan tombol kunci.

9. Siapkan Dry box (wajib)
Selalu simpan perangkat optik (lensa) dan kamera di dalam dry box (kotak kering/penjaga kelembaban) dengan suhu sesuai manual. (Baca: tips cara membuat drybox kamera sendiri mudah dan murah).

10. Membersihkan body dan unsur karet.
Sejauh ini untuk point ke 10 penulis menggunakan kombinasi minyak kayu putih dan kain halus untuk membersihkan body lensa dan kamera. Bahan ini hanya referensi saja (kesalahan penguunaan dan resiko tanggung sendiri). Kenapa? bahan tersebut lebih cepat mengering dan memiliki kandungan air yang sedikit. Sehingga dianggap tidak membahayakan pada bahan-bahan yang terkena, juga mampu mengangkat kotoran yang lengket pada bahan plastik termasuk bahan karet seperti pada ring fokus dan ring zoom lensa. Catatan: bahan tersebut jangan sampai terkena komponen optik dan kaca.

Itulah beberapa tips merawat dan cara agar lensa kamera tidak jamuran, jika sudah terlanjur terkena jamur simak juga cara menghilangkan dan membersihkan jamur pada lensa kamera atau sering disebut dengan “cuci lensa”

Post By : Imam Sapi'i
Baca selengkapnya

TIPS MEMOTRET "BOKEH"




Kata Bokeh berasal dari bahasa Jepang yang artinya kabur atau blur. Sedangkan pengucapannya sendiri juga masih dalam perdebatan, tetapi kebanyakan fotografer sepakat mengucapkannya dengan kata “bouquet”.

Bokeh dijadikan sebagai pendukung sebuah foto agar menjadi lebih menarik, meski dalam beberapa hal, foto kumpulan bokeh juga bisa menjadi karya seni yang indah. Tidak ada standar pasti tentang kualitas bokeh, seseorang boleh saja menilai bagus tapi belum tentu bagus untuk orang lain. Setiap fotografer tentu punya ide dan konsepnya sendiri bagaimana ingin menempatkan bokeh dalam sebuah foto. Karena itu, sangat penting bagi fotografer terutama bagi yang pemula untuk mengetahui teknik-tenik menciptakan foto bokeh demi mewujudkan konsepnya masing-masing.

Lensa, meskipun menjadi salah satu faktor utama namun bukanlah satu-satunya yang berperan dalam menciptakan bokeh. Ada beberapa tips untuk bisa menciptakan bokeh terbaik dalam foto yang kamu ambil. Yang dimaksud besar di sini adalah menggunakan angka aperture (f) terkecil sesuai dengan lensa yang kamu gunakan. Aperture besar akan menurunkan daerah fokus lensa atau yang lazim disebut depth of field. Dengan titik fokus yang sempit, maka semua objek di luar titik fokus tersebut akan nampak blur dan ini yang akan menciptakan bokeh. Makin besar bukaan maksimal lensa yang ditandai dengan f kecil, maka semakin banyak cahaya yang akan masuk ke dalam sensor. Semakin banyak cahaya masuk, maka semakin rendah daerah fokus lensa, sehingga hanya ada sedikit area yang tetap tajam dan sisanya akan out of focus. Atau dengan kata lain terciptakan bokeh.

Lensa tele pada umumnya tidak disukai karena kualitas foto yang dihasilkan tidak terlalu bagus (meski ada pengecualian untuk beberapa lensa premium). Namun, jika kamu memang punya lensa tele, coba untuk praktekkan hal ini. Arahkan lensa untuk fokus kepada suatu objek dan mengisolasi dari lingkungannya. Meski hasilnya tergantung kepada kualitas lensa, tetapi dengan cara ini bisa tercipta bokeh yang indah.

Semakin dekat kamu dengan objek, maka semakin kabur gambar yang dihasilkan. Setiap lensa mempunya titik fokus masing-masing, gunakan cara ini untuk bisa fokus pada objek dan membuat blur lingkungan sekitarnya. Cara ini bisa digunakan untuk semua lensa, tetapi untuk efek yang lebih dramatis bisa menggunakan lensa makro. Jika sudah familiar dengan teknik bokeh di atas, kamu bisa mulai bereksperimen menciptakan bokeh dengan bentuk yang kamu inginkan. Cara ini cukup populer dalam beberapa tahun terakhir. Caranya mudah, buat tutup lensa dari karton dengan lubang bentuk bokeh yang diinginkan.




Post By : Muhammad Razly
Baca selengkapnya

Selasa, 27 Desember 2016

TIPS MENGATUR KAMERA SAAT MEMOTRET MALAM HARI

TIPS MENGATUR KAMERA SAAT MEMOTRET MALAM HARI



     Untuk fotografer pemula seperti saya, mengambil gambar pada malam hari bukanlah perkara mudah. Sangat jauh berbeda bila dibandingkan mengambil gambar pada siang hari. Faktor pendorong untuk dapat menghasilkan gambar yang bagus saat malam hari ialah pengaturan kamera yang dianggap pas sehingga foto yang diambil terlihat sangat jelas. Berikut tips menyetting kamera dari saya :

1. Diagfragma kecil, kisaran f3,5 sampai f4
2. Menggunakan ISO besar (tergantung kondisi gelapnya seperti apa)
3. Menggunakan flash (saat tidak memungkinkan nya mengatur diagfragma maupun mengatur ISO)

Post by : Rezky Perdana 
Baca selengkapnya

Rabu, 07 Desember 2016

Galeri foto Aninditiya di 2nd Anniversary KFM

Tanggal 23 Oktober 2016 kemarin Komunitas Fotografer dan Model merayakan 2 tahunnya komunitas mereka. Nah kebetulan saya ikut meramaikan di acara tersebut pastinya seru banget bisa moto motin model yang kece abiss. Salah satunya ada Aninditiya, salah satu model top nya KFM, dibawah ini saya share hasil jepretan saya dengan in frameAninditiya






 Segitu dulu yaa fotonya, nanti akan diupdate

Diposting Oleh : Ricky Junaidi
Baca selengkapnya

Galeri foto Ra Fahra di 2nd Anniversary KFM

Tanggal 23 Oktober 2016 kemarin Komunitas Fotografer dan Model merayakan 2 tahunnya komunitas mereka. Nah kebetulan saya ikut meramaikan di acara tersebut pastinya seru banget bisa moto motin model yang kece abiss. Salah satunya ada Ra Fahra, salah satu model yang masih bisa dibilang remaja tapi udah punya basic modelling, dibawah ini saya share hasil jepretan saya dengan in frame fahra






Segitu dulu yaa fotonya, nanti akan diupdate

Diposting Oleh : Ricky Junaidi 
Baca selengkapnya

REVIEW FUJI MIRRORLESS XM-1




      Pada kesempatan kali ini saya akan review tentang kamera mirrorless dari fuji yaitu XM-1. Kamera ini memiliki konsep desain yang compact dan stylish. Misal saja kamera X-Pro1 dan X-E1 yang lebih diperuntukan untuk profosional dan penggemar fotografi, X-M1 lebih kepada pengguna umum yang menginginkan kualitas gambar yang dapat diandalkan dengan pengopersian yang lebih mudah.
Fuji XM-1 dihadirkan dengan konsep retro dengan tampilan modern, kualitas body yang baik dan nyaman digenggaman, tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan sehingga tangan lebih stabil saat melakukan jepretan tanpa bantuan tripod. 
      XM-1 juga dibekali sensor APS-C X-Trans CMOS 16.3 megapiksel, serta memiliki susunan filter yang unik pada X-Trans CMOS nya.Tidak hanya menawarkan ISO tinggi hingga 25600, namun kualitas menangkap gambar di kondisi low light pada ISO 6400 pun masih terlihat baik-baik saja. Salah satu yang menjadikan banyak orang menyukai X-M1 juga adalah karena mampu memotret di bawah cahaya rendah dengan tetap tidak minim noise.
Fuji XM-1 dapat melakukan pengambilan foto bebas stres dengan waktu start-up 0,5 detik, jeda waktu rana 0,05 detik dan kecepatan kontinue 5,6 frame per detik. Respon cepat dan baik ini berkat dukungan prosesor II EXR.
      Pada fuji XM-1, kita dapat menemukan filter efek yang berbagai yaitu Toy Camera, Miniature, Pop Color, High-key, Low-key, Dynamic Tone, Soft Focus, Partial Color dan sebagainya. 
Seperti pada mirrorless camera lainnya, Fujifil X-M1 mendukung teknologi nirkabel untuk bisa terkoneksi dengan smartphone untuk kemudian upload foto, video ke jejaring sosial.

Post by : Rezky Perdana
Baca selengkapnya

Jumat, 25 November 2016

(REVIEW) Canon 650D

Kamera Canon 650D merupakan kamera DSLR tingkat pemula Canon yang diluncurkan tahun lalu, dan meningkat fitur-fiturnya cukup banyak dibandingkan kamera sebelumnya yaitu Canon 600D. Fitur-fiturnya malah lebih dari kakak kelasnya Canon 60D. Dan sempat memusingkan banyak calon pembeli/upgraders. Sebenarnya, Canon sudah meluncurkan pengganti untuk kamera ini, yaitu 700D, tapi perbedaannya terlalu sedikit dan tidak penting.
Beberapa saat lalu, saya membeli Canon 650D dengan paket lensa 18-135mm IS STM untuk kebutuhan mengajar di kupas tuntas kamera DSLR Canon. Dan setelah memakai kamera ini saat demonstrasi foto portrait outdoor dan indoor, saya jadi lebih mengenal 650D. Dalam pengoperasiannya, kamera 650D ini mirip dengan kamera-kamera DSLR Canon tingkat dasar/pemula lainnya.

 

 

BADAN KAMERA

Jumlah tombol dan kenop pengendali tetap sama. Bedanya ada yang sedikit lebih kecil, ada yang lebih besar. Tombol ISO misalnya, ukurannya lebih besar daripada kamera Canon 550D dan letaknya lebih enak dijangkau dengan jari. Untuk antar muka tombol-tombolnya bisa dibilang oke dan pegangan juga pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. (Sebagai info tangan dan jari-jari saya agak kurus dan tidak besar).
Ukuran 650D tidak terlalu besar, tapi tidak bisa dibilang kecil. Sedikit lebih berat (50g) dari 550D dan sekitar 0.5-1 cm. Dimensi yang lebih bongsor ini akibat dari penambahan layar LCD lipat. Dibagian atas kamera, ada microphone stereo yang lumayan buat merekam suasana lingkungan. Casing 650D masih sama dengan kamera tingkat dasar pendahulunya yaitu dari bahan plastik keras. Lebih baik daripada bahan di kamera Canon 1100D tapi finishingnya tidak sebaik Canon 700D atau 60D.

 

KUALITAS GAMBAR

Canon 650D memiliki sensor APS-C 18 MP yang sudah teruji dan sudah dipakai diberbagai kamera Canon dari 550D, 700D, 60D dan 7D. Di satu sisi, cukup disayangkan bahwa Canon belum juga meng-upgrade kualitas sensor kamera yang sudah berumur kurang lebih 3 1/2 tahun. Di sisi lain, sensor gambar ini tidak jelek terutama saat memakai lensa berkualitas tinggi dan ISO dibawah 400. Tapi kadang-kadang, meski memakai ISO rendah, daerah bayangan yang gelap sering muncul noise (bercak-bercak). Sebagai perbandingan, pesaing utama Canon, Nikon sudah memperbaharui kualitas sensornya selama dua kali selama 4 tahun terakhir yaitu dari sensor 12 MP (D5000, D90, ke 16 MP (D5100, D7000) dan kemudian 24 MP (D3200, D5200 dan D7100).
Meski di sisi kualitas gambar agak mandek, tapi kalau bicara fitur teknologi baru, Canon sedikit diatas angin. Canon 650D ini adalah kamera DSLR pertama yang memiliki fitur layar sentuh, sehingga kita bisa berinteraksi dengan layar seperti saat kita memainkan ponsel pintar. Layar sentuh memudahkan untuk mengganti setting kamera, memilih subjek untuk difokuskan dan juga untuk membuat foto. Teknologi lain yang dikembangkan Canon yaitu hybrid CMOS sensor, yang membuat autofokus saat live view menjadi lebih cepat.  Lalu ada juga perkembangan teknologi lensa dengan diluncurkannya STM (Stepper motor) yang membuat autofokus lebih mulus dan senyap.
Lensa 18-135mm f/3.5-5.6 IS STM yang dipaketin adalah lensa yang dirancang untuk multifungsi karena jarak fokusnya cukup lebar, dari 18 sampai 135mm. Oke banget buat jalan-jalan. Ukurannya tidak terlalu panjang. Beratnya hampir seberat kamera, yaitu sekitar 460 gram Cocok disandingkan dengan Canon 650D.
Kualitas foto yang dihasilkan sangat baik dan tajam saat pencahayannya tepat. Latar belakang juga bisa dibuat blur saat memakai di jarak fokus telefoto (70-135mm). Namun karena bukaan lensa yang tidak besar (sekitar f/5-5.6 di jarak fokus tele), maka blur latar belakangnya tidak se-ekstrim lensa bukaan besar seperti 50mm f/1.8 atau 70-200mm f/2.8.
AUTOFOKUS
Modul autofokus di kamera ini sama dengan yang dimiliki kamera kelas menengah seperti Canon 40D, 50D dan 60D. Modul ini terdiri dari sembilan titik fokus yang menyebar seperti bentuk berlian/diamond dan kesembilan titik ini berjenis silang, yang lebih sensitif dan cepat. Dalam praktiknya, memang kinerja kecepatannya sangat baik.
Untuk autofokus saat live view, ceritanya sedikit berbeda. Pergerakan autofokus memang cukup mulus dan tidak bersuara, tapi masalahnya adalah sebelum mengunci autofokus, akan terjadi pergerakan hunting bolak balik terlebih dahulu. Di kondisi cahaya gelap misalnya di dalam kamar, dan saat pencahayaan/warna berkontras rendah, seringkali autofokus cuma maju mundur tapi tidak mengunci fokus.
Sayangnya juga, untuk bisa manual fokus, kita harus menggeser tuas AF/MF dulu di lensa 18-135mm karena tidak ada “manual override”. Di lensa yang kelasnya lebih tinggi, kita dapat langsung memutar barrel fokus secara manual untuk mencari fokus jika autofokus gagal.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan Canon 650D adalah kamera dengan fitur yang cukup lengkap dan baik untuk kalangan pemula dan semi-profesional. Sayangnya fitur yang cukup canggih ini tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas gambar yang sudah sejak tahun 2010. Lensa Canon EF-S 18-135mm IS STM merupakan pasangan yang cocok untuk kamera ini. Kombinasi 650D dan 18-135mm STM cukup baik untuk memotret macam-macam jenis fotografi seperti landscape, portrait, candid, olahraga, liputan acara, dll. Meskipun tentunya tidak sesempurna lensa yang lebih khusus.
Kelebihan Canon 650D
  • Kinerja autofokus saat mengunakan jendela bidik optik cepat dan bekerja dengan baik
  • Implementasi layar sentuh sangat baik
  • Ada layar LCD lipat yang memudahkan untuk merekam foto & video
  • Lampu kilat dapat digunakan untuk memberi instruksi ke flash Canon yang dilepas dari kamera (wireless flash)
  • Tata letak tombol baik dan mudah dijangkau
  • Jumlah tombol cukup lengkap untuk ukuran kamera tingkat dasar
Kekurangan Canon 650D
  • Autofokus saat live view sering hunting (mencari-cari fokus)
  • Kualitas foto cukup baik, tapi sedikit ketinggalan dari kamera pesaing
  • Tidak ada lampu pembantu autofokus khusus. Kamera akan memancarkan kilatan flash berulang-ulang yang dapat mengganggu subjek)
  • Sistem Auto ISO yang tidak begitu optimal dalam memilih ISO yang paling cocok dengan kondisi pencahayaan
Post By : Muhammad Razly



Baca selengkapnya

Rabu, 23 November 2016

(REVIEW) Lensa YONGNUO 50mm F.1,8 mount Canon

Pernah merasa kesulitan untuk mebeli lensa kamera? terlebih lagi dilema dengan istilah "Ada harga tentu ada kualitas". Hal ini merupakan momok yang tidak bisa dipndang sebelah mata oleh fotografer yang memiliki kantong tipis. Namun hal ini ini bukan berarti tidak ada lensa bagus namun murah, disini saya akan mereview Lensa 3rd party dari brand YongNuo dimana brand ini sagat terkenal dalam Flash External kamera. Saya akan mencoba membandingkan Lensa YongNuo 50mm f.1,8 mounting Canon dengan lensa Canon 50mm f.1,8.

1. Ketajaman: Menggunakan Aperture 1.8 / 2.8 / 5.6

*Titik Fokus Tengah



Canon 50mm f.1,8
 
YongNuo 50mm f.1,8
Setelah dibandingkan, hasil lensa YongNuo lebih baik dibandingkan dengan Canon jika dilihat dari pengambilan di titik fokus tengah.

*Titik Fokus Sudut Kiri Atas

Canon 50mm f.1,8

 
YongNuo 50mm f.1,8

Setelah dibandingkan pada pengambilan titik fokus sudut kiri atas, lensa YongNuo mempunyai hasil lebih baik. Namun, sedikit lebih terang dibandingkan dengan Canon.

*Titik Fokus Sudut Kanan

Canon 50mm f.1,8

YongNuo 50mm f.1,8

Setelah dibandingkan, pada pengambilan di titik fokus sudut kanan lensa YongNuo mempunyai hasil yang hampir sama dengan Canon, namun sedikit lebih terang pada hasil lensa YongNuo.

 

2. Flare

Flare sendiri merupakan efek dimana terdapat cahaya yang masuk dan menyebar di dalam lensa melalui mekanisme yang tidak diharapkan, misalnya pantulan internal dalam lensa atau material (bilah) lensa yang kurang homogen. Perbedaan tes untuk efek flare pada lensa YongNuo dan Canon EF 50 f/1.8 juga telah didapatkan. Kedua lensa di uji hasil flare pada bukaan aperture f.1,8 dan f.5,6. Dan berikut hasilnya :

f.1,8

f.5,6

Setelah didapatkan gambar dengan efek flare menggunakan lensa YongNuo dan Canon dengan aperture f/ 1.8 dan f/5.6, ternyata hasilnya cukup mengejutkan. Efek flare YongNuo lebih lebar dan terkumpul disamping. Sehingga, menjadikan flare-nya lebih terkontrol.


3. Bokeh

Bokeh sendiri berasal dari bahasa jepang yakni “Boke” yang memiliki arti menjadi kabur atau buram atau bias juga dikatakan titik luar dari fokus. Dengan adanya bokeh pada sebuah foto maka titik fokus yang jatuh pada sebuah objek akan menjadi sangat jelas sedangkan areal selain fokus itu sendiri akan menjadi bokeh atau blur. Bokeh sering dipergunakan dalam fotografi makro, model, jurnalistik, dll. Tergantung pada fotografernya ingin menonjolkan apa dalam foto tersebut. Lain halnya dengan fotografi arsitektur dan landscape yang hampir tidak pernah menggunakan bokeh dalam kreasinya dan cenderung memiliki bidang fokus dari ujung sisi ke ujung sisi lainnya.
Dibawah ini adalah contoh perbandingan hasil foto bokeh yang dihasilkan oleh YongNuo dan Canon

Bokeh dari lensa Canon pada bukaan aperture berturu-turut di f.1,8, f.2,8, dan f.5,6

Bokeh dari lensa YongNuo pada bukaan aperture berturu-turut di f.1,8, f.2,8, dan f.5,6
Bagaimana, sudah melihat sendiri hasilnya bukan?
Melalui perbandingan hasil gambar bokeh pada YongNuo dan Canon menggunakan lensa EF 50 F/1.8, YongNuo lebih mendapatkan hasil yang makismal dan mendapatkan bokeh yang lebih besar. Terutama, pada hasil segi enam bokeh-nya yang tampak lebih indah.

Terbukti, Lensa YongNuo Mampu Bersaing

Dari studi yang dilakukan oleh Jay Levitt terkait dengan perbedaan gambar yang dilihat dari beberapa aspek seperti ketajaman, efek flare, dan efek bokeh menggunakan lensa YongNuo dan Canon EF 50 F/1.8, didapatkan bahwa YongNuo lebih unggul.
Lantas, apakah hasil ini menjelaskan bahwa Canon kalah saing dengan YongNuo dari segi kualitas?
Benar jika dilihat dari tiga aspek perbandingan di atas, tapi tidak untuk yang lainnya. Tapi tetap saja, lensa YongNuo masih punya kekurangan. Beberapa kekurangannya seperti tak adanya garansi resmi dari distributor dan beberapa pengguna mengeluhkan akurasi auto fokus yang terkadang sedikit lebih lamban dalam mengambil objek gambar.

Diposting Oleh : Ricky Junaidi
























Baca selengkapnya

5 Tipe Fotografer yang harus Anda ketahui

Sudah merupakan sifat alami manusia untuk memilah-milah dan mengkategorikan mahkluk hidup, benda mati dan sebagainya tidak terkecuali fotografer. Dalam dunia fotografi internasional dikenal beberapa istilah atau jenis fotografer yg dikutip oleh Enchen Tjin.

1. Amatir (Amateur)
Fotografer amatir adalah fotografer yang mencintai (passionate about) fotografi. Fotografer amatir tidak dibayar untuk berkarya, tapi karya mereka sering lebih baik daripada yang dibayar. Fotografer amatir sebagian besar tidak mendapat pendidikan fotografi secara formal. Mereka mendapatkan pengetahuan fotografi secara informal seperti dari teman, buku, internet dan sebagainya.

2. Profesional
Fotografer profesional adalah fotografer yang dibayar untuk melakukan tugas tertentu (assignment). Pekerjaan utama fotografer ini adalah fotografi. Tugas-tugas fotografer profesional antara lain seperti  iklan, fashion, potret, produk atau event seperti pernikahan, ulang tahun dan sebagainya.
Banyak anggapan bahwa karya fotografer profesional pasti baik, tapi hal ini tidak tentu benar, karena karya fotografer dipengaruhi oleh keinginan pelanggan atau klien. Fotografer profesional juga tidak tentu memakai peralatan fotografi yang termahal. Mereka sangat mempertimbangkan ROI (return of investment). Apakah pembelian alat baru dapat meningkatkan daya saing atau penghasilan mereka? Bila tidak, mereka akan tetap mengunakan peralatan fotografi yang telah mereka miliki.

3. Teknikal
Fotografer ini lebih fokus di dalam mendokumentasi foto apa adanya daripada nilai seni. Contohnya adalah foto astronomi misalnya bulan, bintang, etc, foto makro / close up benda-benda kecil seperti barang-barang antik, batu mineral, kereta api dan sebagainya.

4. Casual / sehari-hari
Ini termasuk semua orang yang memiliki kamera dan mendokumentasikan momen dalam bentuk foto. Fotografer casual tidak memiliki pendidikan formal/informal tentang fotografi, contohnya seperti ibu yang mengambil foto anaknya. Atau seorang remaja  mengambil foto temannya. Sebagian besar fotografer casual mengunakan kamera saku atau telepon selular.

5. Bukan fotografer
Orang yang bukan fotografer adalah orang yang tidak memiliki kamera atau alat untuk merekam gambar, atau orang yang memiliki kamera, tapi tidak pernah/hampir tidak pernah mengunakannya untuk mengambil foto dengan tujuan artistik maupun komunikasi. Mereka biasanya lebih tertarik untuk mengkoleksi alat fotografi atau melakukan  pengukuran alat fotografi dan membandingkannya dengan alat fotografi lainnya.


Post By : Rezky Perdana
Baca selengkapnya

Jumat, 18 November 2016

TIPS Memotret Outdoor




Cara memotret di luar ruangan memang sedikit membutuhkan teknik fotografi sedikit berbeda dengan tips memotret di Indoor.

saat ini banyak kegiatan hunting foto yang dilakukan di luar ruangan dengan berbagai konsep yang beragam dan menarik untuk diikuti. Memotret apapun di siang hari di bawah sinar matahari perlu memperhatikan beberapa hal.

Memang benar banyak cahaya akan memudahkan kita memotret. Namun jika cahaya terlalu kuat juga tidak mesti mendapatkan foto yang bagus. Apalagi disaat kita memotret model atau memotret portrait, kita akan menghadapi beberapa kendala

Salah satu kendala memotret objek di luar ruangan adalah objek susah terlihat natural. Yang sering terjadi, model atau objek lainnya akan merasa silau terkena sinar matahari sehingga sering menyipitkan mata. Selain itu, jika kita Tidak memperhatikan cara memotret outdoor, kita juga sering mendapatkan bayangan terlalu kuat di beberapa bagian.

Tips memotret di luar ruangan yang pertama adalah dengan memperhatikan karakter cahaya di sekitar lokasi pemotretan. Kita harus memperhatikan kondisi cuaca di lokasi. Jika kondisi cuaca kurang baik/tidak mendukung, kami sarankan untuk mencari waktu lain.

Ada tiga macam pencahayaan yang bagus untuk memotret outdoor. Key light, Fill light dan back light. Ketiga fase pencahayaan natural ini dapat Anda gunakan untuk memotret.

Setelah mengenali karakter cahaya di lokasi pemotretan, teknik memotret di luar ruangan selanjutnya yang perlu diingat adalah dengan berkesperimen dengan cahaya yang ada. Jangan biarkan waktu kosong hanya dengan menunggu momen golden hour, cobalah memanfaatkan cahaya yang ada saat itu untuk mencoba memotret.

Cara memotret outdoor selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan arah cahaya matahari di lokasi pemotretan. Cahaya matahari bisa menjadi teman dan juga musuh ketika memotret di luar ruangan. Anda harus memperhatikan dari mana arah cahaya matahari berada.





Pernah dengar kosakata backlight ? ya, itu terjadi ketika kita memotret di luar ruangan dengan menghadap matahari (objek membelakangi matahari). Namun ketika mampu memposisikan backlight dengan tepat justru mendapatkan foto dengan pencahayaan yang indah.

Cara memotret outdoor selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan arah cahaya matahari di lokasi pemotretan. Cahaya matahari bisa menjadi teman dan juga musuh ketika memotret di luar ruangan. Anda harus memperhatikan dari mana arah cahaya matahari berada.


Dengan memotret di tempat teduh kita bisa mengindari bayangan kuat ke objek yang difoto. Tips memotret outdoor ini juga bisa membantu objek/model tidak kepanasan dan tidak cepat berkeringat. Meski tempat teduh, tapi usahakan tempat tersebut mendapatkan cahaya yang cukup. Hindari cahaya yang tidak rata jika motret model di outdoor, karena akan menimbulkan wajah mendapat separuh cahaya yang berbeda.

Post By : Muhammad Razly 
Baca selengkapnya

Selasa, 15 November 2016

6 Langkah Mudah Membuat Video Time Lapse Keren Di Kameramu Dan Proses Editingnya

Timelapse adalah salah satu teknik fotografi (atau videography) yang mana kita akan membuat kumpulan foto-foto menjadi video.
Foto-foto yang jumlahnya banyak sekali itu (tergantung durasi videonya) kita atur dengan software pengolah video untuk kemudian diubah jadi video.
Peralatannya pun fleksibel, terserah kamu mau pake kamera DSLR, mirrorless, bahkan kamera hape atau smartphone Android pun bisa.

Meski begitu, tak sesederhana memotret terus kita satukan semuanya dalam video, ada beberapa hal penting yang perlu kita pahami. Yuk kita lihat bersama:

Pertama adalah foto-foto yang dipotret harus berurutan agar ketika disatukan dalam bentuk video hasilnya teratur.
Biasanya kita membuat video timelapse untuk merekam pergerakan dari objek yang jika kita rekam dalam bentuk video normal akan lebih lama.
Misalnya dari gelap ke terang (saat fajar) atau sebaliknya saat matahari terbenam (sunset).
Kedua adalah posisi dan sudut pemotretan yang kita gunakan harus sama, agar supaya videonya nanti tidak terlihat aneh.
Untuk itu mari kita pelajari bersama bagaimana cara memotret untuk dijadikan video timelapse.


Peralatan Yang Dibutuhkan Untuk Memotret Timelapse

1. Kamera
Kamera di sini bersifat universal ya, tak hanya sebatas kamera DSLR  (Canon, Nikon, Pentax) atau mirrorless (Sony, Fuji, Olympus dll) meskipun  tentunya kualitas gambarnya akan lebih bagus.
Kamu juga bisa kok menggunakan kamera smartphone yang semakin hari semakin canggih itu.
Salah satu keuntungan memakai smartphone, kamu bisa memanfaatkan beberapa aplikasi yang secara otomatis membantu kamu untuk membuat video time lapse langsung dengan videonya.

2. Tripod
Tripod bisa dikatakan penting, agar supaya hasil foto nantinya tidak bergeser dan amburadul.
Selain itu, dengan tripod juga membuat kamera kamu lebih stabil saat memotret, khususnya saat memotret dalam kondisi yang kurang cahaya dan membutuhkan shutter speed lambat.
Jika kamu tak memiliki tripod, akali saja dengan memanfaatkan bidang datar yang bisa kamu temui di area tempat kamu memotret.

3. Intervalometer/ Shutter Release/Manual
Kamu bisa pilih dari ketiga hal di atas, pada intinya semuanya sama yaitu supaya kita bisa memotret objek dengan jarak interval dari foto yang satu ke foto yang lain waktunya sama.
Misalnya kamu menentukan memotret dengan jarak 10 detik (atau 10 menit), artinya setiap 10 detik/menit tadi kamu harus memotret satu kali (satu jepretan/frame).

Untuk mempermudah, silakan gunakan alat bernama interavalometer. Alat ini memungkinkan kamera untuk memotret secara otomatis setiap rentang waktu yang telah diatur.
Selain itu pada beberapa shutter release juga ada yang sudah dilengkapi dengan fitur ini.
Jika kamu beruntung, bisa saja kamera yang kamu miliki sudah dilengkapi fitur interval shooting yang akan kita manfaatkan untuk membuat video time lapse ini . Cek lagi manual kamera kamu.
Contohnya pada kamera Nikon seri 5200. Untuk kamera Canon yang belum memiliki fitur ini, silakan install Magic Lantern untuk mendapatkan fitur ini secara ajaib di kamera Canon kamu.
Jika terpaksa manual, yaah siap-siap aja jari kamu pegel karena menekan shutter puluhan hingga ratusan kali. Jangan lupa juga siapkan stopwatch atau timer.

Langkah-Langkah Memotret Untuk Video Time Lapse

Tutorial ini dibuat dengan basic menggunakan kamera DSLR dan mirrorless, tapi kamu juga bisa memanfaatkannya dengan menggunakan kamera pocket (saku), kamera aksi (Xiao Mi, GoPro dll) maupun menggunakan kamera digital lainnya.
Silakan disesuaikan pengaturan program mode pada kamera kamu.
Khusus untuk membuat video time lapse menggunakan smartphone, pada dasarnya sama saja, hanya jauh lebih mudah karena ada bantuan aplikasi khusus untuk membuat video time lapse.
Silakan lakukan pencarian di toko aplikasi smartphone kamu dengan kata kunci aplikasi time lapse video.
Mari kita lihat step by step cara memotret untuk video time lapse:

1. Tentukan lokasi pemotretan

Penentuan lokasi pemotretan ini termasuk di dalamnya adalah menentukan angle foto, objek yang akan dipotret, suasana yang diincar (misalnya terbenamnya matahari).
Selain itu keamanan lingkungan juga penting (karena kamu akan berada dalam waktu cukup lama di tempat yang sama), jangan sampai sementara kamu memotret terus ada truk kontainer yang datang parkir tepat di depan kamera kamu, kan gak lucu.

2. Persiapkan kamera yang digunakan

Selain persiapan lokasi, pastikan juga kamera kamu siap. Baterai yang ada terisi penuh, memory card yang sudah selesai diformat.
Gunakan kartu memori dengan kapasitas yang cukup besar, karena nantinya kita akan menghasilkan foto dengan jumlah banyak.



Ukuran 8 GB umumnya sudah mencukupi. Gunakan format file JPEG agar supaya tidak repot mengedit serta tidak terlalu memakan kapasitas kartu memori.

3. Masuk ke mode Aperture Priority

Mengapa kita menggunakan mode Aperture Priority (Av/A)?
Karena tujuan kita adalah untuk memudahkan pemotretan, maka pengaturan semi otomatis yang paling tepat adalah Av ini.
Dengan menggunakan mode Aperture Priority maka kita hanya menentukan bukaan berapa yang kita inginkan maupun batasan ISO, dan kamera akan menyesuaikan shutter speed yang ada.
Karena kita menggunakan tripod, maka resiko foto blur karena kamera memilih shutter speed yang terlalu lambat bisa kita hilangkan.
Selain itu kita bisa menjaga tingkat eksposure dan ketajaman foto serupa satu sama lain (asalkan kamera tidak salah membaca tingkat eksposure saja).

4. Set bukaan kecil agar area foto tampak tajam

Bukaan kecil di f/8-f/13 sudah mencukupi untuk menghasilkan ruang tajam di keseluruhan areal foto.
Setelah menentukan bukaan lensa, hal berikutnya adalah memastikan penggunaan ISO yang rendah. Gunakan saja ISO di angka 100 atau 200.

5. Setting Intervalometer yang kamu miliki (atau kamu pinjam :D)

Untuk mengatur settingan Intervalometer ataupun interval shooting ada sedikit rumusnya lho.
Tenang, tidak rumit kok.
a. Tentukan berapa fps (frame per second) video kamu nantinya.
Fps di sini menentukan seberapa smooth atau seberapa halus video kamu, jadi jika fpsnya rendah video kamu terkesan akan patah-patah.
Semakin tinggi fps yang kamu pilih, maka video akan semakin mulus perpindahannya (semakin kayak film beneran dah).
Umumnya dalam perekaman video dikenal frame rate mulai dari 23 fps, 24 fps, 30 fps, 60 fps, hingga 120 fps. Di bawah dari itu, videonya akan tampak kurang bagus.
Contohnya 23 fps: Maksudnya adalah dalam satu detik akan ada 23 foto yang berganti diputar. Demikian juga dengan 120 fps, akan ada 120 foto yang diputar secara bergantian atau berurutan.
Banyak sekali bukan?
Karena banyaknya itulah maka takkan terlihat bahwa ini sebenarnya hanya foto yang diputar secara berurutan. Malah terlihat seperti video yang direkam. Pada dasarnya inilah prinsip perekaman video.
Setelah kamu menentukan berapa fps yang ingin digunakan, mari kita asumsikan kamu memilih 30fps. Lanjuuut…

b. Tentukan berapa lama durasi video yang ingin kamu hasilkan
Jika kamu ingin menguploadnya di Instagram, durasi yang diinginkan adalah 30 detik.
Silakan kalikan 30 detik dengan jumlah frame per second yang kamu pilih tadi yaitu 30fps.
Hasilnya adalah 30 x 30fps = 900 frame atau 900 foto.
Semakin lama durasi timelapse, semakinn banyak jumlah foto yang kamu butuhkan


Wow…!
Banyak sekali bukan? Itu hanya untuk durasi 30 detik lho, kamu butuh memotret sebanyak 900 kali atau 900 foto.
Oleh karena itu kamera kamu akan bekerja keras jika sekali membuat video timelapse. Apalagi jika durasinya bertambah.

c. Tentukan jeda waktu per foto yang ada
Maksudnya jeda waktu adalah rentang waktu dari satu foto dijepret ke foto berikutnya, hal ini ditentukan dari objek yang ingin kamu tampilkan.
Jika pergerakan objek yang kamu potret cepat, misalnya kamu memotret suasana ramai pejalan kaki, silakan menggunakan jeda waktu yang lebih cepat.
Jika pergerakan objek lambat, misalnya pergerakan awan atau matahari terbenam (matahari terbenam sih lumayan cepat ya), kamu bisa menentukan jeda waktunya lebih lambat.
Kita asumsikan kamu memilih jeda waktu 5 detik.
Artinya antara satu foto dan foto berikutnya ada rentang waktu selama 5 detik sebelum dijepret lagi.
Jadi total waktu yang kamu butuhkan untuk menghasilkan 900 jepretan adalah 4500 detik (900 x 5 detik) atau  1,25 jam. Cukup lama bukan?
Itupun di luar lama shutter speed yang dipilih kamera.
Ingat kita menggunakan mode Aperture Priority, dimana shutter speed dipilihkan kamera, jika kamera memutuskan shutter speed rata-rata 1 detik sampai 10 detik (karena kondisi agak gelap), otomatis waktu tadi akan berlipat ganda lamanya.

Solusinya: siapkan snack dan cari tempat duduk yang nyaman hehe.

6. Mulai Memotret

Setelah persiapan selesai, mulailah memotret! Silakan gunakan intervalometer yang ada, duduk yang manis dan selamat menanti kamera selesai memotret.
Ingat, pastikan jangan sampai kamera bergoyang atau tersentuh, baik oleh kamu atau mungkin binatang yang lewat :D.

Setelah Selesai…

Setelah menanti cukup lama.. Akhirnya selesai juga kamera kamu memotret.
Silakan biarkan beberapa saat sebelum meninjau hasil foto yang ada, agar supaya kamera bisa sedikit beristirahat hehe.
Jika sudah terasa cukup, silakan tinjau hasil foto yang ada. Apakah ada yang terlampau terang ataupun terlampau gelap.
Karena sesudah itu kita akan masuk ke proses editingnya.
Oh ya jika kamu masih merasa agak kurang puas dengan hasil pertama, bisa dicoba kembali dengan angle yang berbeda atau settingan yang berbeda.
Ingin mencoba mode Manual? Bisa saja, saya pribadi biasanya menggunakan mode manual jika membuat timelapse dengan slow shutter speed pada malam hari.

Proses Editing Video Timelapse

Untuk mengedit hasil foto-foto (yang jumlahnya ratusan) tadi, kita membutuhkan software editor video, baik itu software khusus edit timelapse ataupun software edit video biasa.
Kecuali kamu menggunakan aplikasi smartphone ataupun mirrorless yang sudah diinstal aplikasi timelapse (seri Sony A5000 ke atas kayaknya bisa), step editing ini bisa dilewati.
Oh ya, satu hal penting.
Kita juga butuh PC atau laptop pastinya ya untuk mengedit. Untuk bisa menjalankan program edit video yang cukup berat semacam Premiere Pro, pastikan PC atau laptop kamu memiliki spek yang memadai.

Software edit video Time Lapse

Software khusus timelapse yang bisa kita gunakan untuk desktop atau PC yang free adalah Panolapse.
Tentu masih banyak software serupa tersedia di jagat maya.
Selain itu kita juga bisa menggunakan software editing video populer semacam Adobe Premiere Pro, Sony Vegas, Final Cut Pro, dan masih banyak lagi, bahkan kamu bisa menggunakan Movie Maker untuk mengedit video Time Lapse.
Kelebihan software-software ini tentunya kita lebih leluasa dalam menentukan hasil akhir video, seperti menambahkan lagu atau instrumen untuk menghasilkan video timelapse yang lebih ciamik lagi.
mari kita lihat step by step proses editing di software Panolapse ini.
1. Rename semua file foto yang sudah kamu potret tadi berdasarkan urutan pertama ke terakhir
Untuk melakukannya cukup mudah. Blok keseluruhan foto dengan cara klik foto terakhir, tahan tombol Shift, lalu klik foto pertama.
Setelah itu klik kanan dan pilih Rename. Silakan berikan nama sesuka kamu, nantinya foto pertama akan ada angka 1 dan seterusnya hingga foto terakhir.

2. Import foto ke software Panolapse
Setelah direname, silakan masukkan keseluruhan foto tadi dengan memilih tombol Import pada software Panolapse.
 Blok keseluruhan foto yang ada, kemudian pilih Open.
Nantinya akan muncul pilihan settingan yang harus kita atur. Jika kamu menggunakan panjang fokal 18mm di kamera APSC yang kena crop factor, silakan masukkan informasinya di sini. Lalu pilih Done.

Setelah itu kamu bisa melakukan preview video timelapse yang nantinya akan diexport. 
Jika sudah puas, silakan lanjutkan dengan memilih Export Frames.

Akan muncul kotak dialog berisi pengaturan export. Untuk trial version kita hanya terbatas memilih resolusi HD (1280 x 720) dan tidak bisa Full HD.
Di sini juga kamu bisa memilih settingan frame rate (fps), sesuaikan dengan yang sudah dijelaskan di atas. Perhatikan juga output folder tempat kamu menyimpan hasil render.
Setelah itu silakan pilih tombol Queue for render, kemudian tunggu Panolapse akan membuat folder baru dan mengekspor foto-foto yang akan dirender, setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan pengaturan tadi.
Jika sudah selesai baru kamu pilih Render All di pojok kanan bawah.
Sampai di sini silakan tunggu software Panolapse selesai merender keseluruhan video timelapse yang kita buat

Video Timelapse Sudah Jadi…!

Yup.. Setelah selesai dirender, kamu bisa melihat hasilnya di folder output tadi.
Biasanya Panolapse akan membuat folder baru berisi foto-foto yang dirender, serta satu file video dengan format yang kita pilih tadi (MOV, AVI atau MP4).
Video dari Panolapse benar-benar hanya video alias tanpa suara. Untuk memasukkan musik atau lagu, silakan gunakan Premiere Pro, Sony Vegas ataupun software lainnya.
Caranya pun sangat mudah tinggal drag and drop video ke software, import file audio, sesuaikan (cut) audio dengan panjang durasi video, kemudian export.

















 
Baca selengkapnya