Jumat, 25 November 2016

(REVIEW) Canon 650D

Kamera Canon 650D merupakan kamera DSLR tingkat pemula Canon yang diluncurkan tahun lalu, dan meningkat fitur-fiturnya cukup banyak dibandingkan kamera sebelumnya yaitu Canon 600D. Fitur-fiturnya malah lebih dari kakak kelasnya Canon 60D. Dan sempat memusingkan banyak calon pembeli/upgraders. Sebenarnya, Canon sudah meluncurkan pengganti untuk kamera ini, yaitu 700D, tapi perbedaannya terlalu sedikit dan tidak penting.
Beberapa saat lalu, saya membeli Canon 650D dengan paket lensa 18-135mm IS STM untuk kebutuhan mengajar di kupas tuntas kamera DSLR Canon. Dan setelah memakai kamera ini saat demonstrasi foto portrait outdoor dan indoor, saya jadi lebih mengenal 650D. Dalam pengoperasiannya, kamera 650D ini mirip dengan kamera-kamera DSLR Canon tingkat dasar/pemula lainnya.

 

 

BADAN KAMERA

Jumlah tombol dan kenop pengendali tetap sama. Bedanya ada yang sedikit lebih kecil, ada yang lebih besar. Tombol ISO misalnya, ukurannya lebih besar daripada kamera Canon 550D dan letaknya lebih enak dijangkau dengan jari. Untuk antar muka tombol-tombolnya bisa dibilang oke dan pegangan juga pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. (Sebagai info tangan dan jari-jari saya agak kurus dan tidak besar).
Ukuran 650D tidak terlalu besar, tapi tidak bisa dibilang kecil. Sedikit lebih berat (50g) dari 550D dan sekitar 0.5-1 cm. Dimensi yang lebih bongsor ini akibat dari penambahan layar LCD lipat. Dibagian atas kamera, ada microphone stereo yang lumayan buat merekam suasana lingkungan. Casing 650D masih sama dengan kamera tingkat dasar pendahulunya yaitu dari bahan plastik keras. Lebih baik daripada bahan di kamera Canon 1100D tapi finishingnya tidak sebaik Canon 700D atau 60D.

 

KUALITAS GAMBAR

Canon 650D memiliki sensor APS-C 18 MP yang sudah teruji dan sudah dipakai diberbagai kamera Canon dari 550D, 700D, 60D dan 7D. Di satu sisi, cukup disayangkan bahwa Canon belum juga meng-upgrade kualitas sensor kamera yang sudah berumur kurang lebih 3 1/2 tahun. Di sisi lain, sensor gambar ini tidak jelek terutama saat memakai lensa berkualitas tinggi dan ISO dibawah 400. Tapi kadang-kadang, meski memakai ISO rendah, daerah bayangan yang gelap sering muncul noise (bercak-bercak). Sebagai perbandingan, pesaing utama Canon, Nikon sudah memperbaharui kualitas sensornya selama dua kali selama 4 tahun terakhir yaitu dari sensor 12 MP (D5000, D90, ke 16 MP (D5100, D7000) dan kemudian 24 MP (D3200, D5200 dan D7100).
Meski di sisi kualitas gambar agak mandek, tapi kalau bicara fitur teknologi baru, Canon sedikit diatas angin. Canon 650D ini adalah kamera DSLR pertama yang memiliki fitur layar sentuh, sehingga kita bisa berinteraksi dengan layar seperti saat kita memainkan ponsel pintar. Layar sentuh memudahkan untuk mengganti setting kamera, memilih subjek untuk difokuskan dan juga untuk membuat foto. Teknologi lain yang dikembangkan Canon yaitu hybrid CMOS sensor, yang membuat autofokus saat live view menjadi lebih cepat.  Lalu ada juga perkembangan teknologi lensa dengan diluncurkannya STM (Stepper motor) yang membuat autofokus lebih mulus dan senyap.
Lensa 18-135mm f/3.5-5.6 IS STM yang dipaketin adalah lensa yang dirancang untuk multifungsi karena jarak fokusnya cukup lebar, dari 18 sampai 135mm. Oke banget buat jalan-jalan. Ukurannya tidak terlalu panjang. Beratnya hampir seberat kamera, yaitu sekitar 460 gram Cocok disandingkan dengan Canon 650D.
Kualitas foto yang dihasilkan sangat baik dan tajam saat pencahayannya tepat. Latar belakang juga bisa dibuat blur saat memakai di jarak fokus telefoto (70-135mm). Namun karena bukaan lensa yang tidak besar (sekitar f/5-5.6 di jarak fokus tele), maka blur latar belakangnya tidak se-ekstrim lensa bukaan besar seperti 50mm f/1.8 atau 70-200mm f/2.8.
AUTOFOKUS
Modul autofokus di kamera ini sama dengan yang dimiliki kamera kelas menengah seperti Canon 40D, 50D dan 60D. Modul ini terdiri dari sembilan titik fokus yang menyebar seperti bentuk berlian/diamond dan kesembilan titik ini berjenis silang, yang lebih sensitif dan cepat. Dalam praktiknya, memang kinerja kecepatannya sangat baik.
Untuk autofokus saat live view, ceritanya sedikit berbeda. Pergerakan autofokus memang cukup mulus dan tidak bersuara, tapi masalahnya adalah sebelum mengunci autofokus, akan terjadi pergerakan hunting bolak balik terlebih dahulu. Di kondisi cahaya gelap misalnya di dalam kamar, dan saat pencahayaan/warna berkontras rendah, seringkali autofokus cuma maju mundur tapi tidak mengunci fokus.
Sayangnya juga, untuk bisa manual fokus, kita harus menggeser tuas AF/MF dulu di lensa 18-135mm karena tidak ada “manual override”. Di lensa yang kelasnya lebih tinggi, kita dapat langsung memutar barrel fokus secara manual untuk mencari fokus jika autofokus gagal.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan Canon 650D adalah kamera dengan fitur yang cukup lengkap dan baik untuk kalangan pemula dan semi-profesional. Sayangnya fitur yang cukup canggih ini tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas gambar yang sudah sejak tahun 2010. Lensa Canon EF-S 18-135mm IS STM merupakan pasangan yang cocok untuk kamera ini. Kombinasi 650D dan 18-135mm STM cukup baik untuk memotret macam-macam jenis fotografi seperti landscape, portrait, candid, olahraga, liputan acara, dll. Meskipun tentunya tidak sesempurna lensa yang lebih khusus.
Kelebihan Canon 650D
  • Kinerja autofokus saat mengunakan jendela bidik optik cepat dan bekerja dengan baik
  • Implementasi layar sentuh sangat baik
  • Ada layar LCD lipat yang memudahkan untuk merekam foto & video
  • Lampu kilat dapat digunakan untuk memberi instruksi ke flash Canon yang dilepas dari kamera (wireless flash)
  • Tata letak tombol baik dan mudah dijangkau
  • Jumlah tombol cukup lengkap untuk ukuran kamera tingkat dasar
Kekurangan Canon 650D
  • Autofokus saat live view sering hunting (mencari-cari fokus)
  • Kualitas foto cukup baik, tapi sedikit ketinggalan dari kamera pesaing
  • Tidak ada lampu pembantu autofokus khusus. Kamera akan memancarkan kilatan flash berulang-ulang yang dapat mengganggu subjek)
  • Sistem Auto ISO yang tidak begitu optimal dalam memilih ISO yang paling cocok dengan kondisi pencahayaan
Post By : Muhammad Razly



Baca selengkapnya

Rabu, 23 November 2016

(REVIEW) Lensa YONGNUO 50mm F.1,8 mount Canon

Pernah merasa kesulitan untuk mebeli lensa kamera? terlebih lagi dilema dengan istilah "Ada harga tentu ada kualitas". Hal ini merupakan momok yang tidak bisa dipndang sebelah mata oleh fotografer yang memiliki kantong tipis. Namun hal ini ini bukan berarti tidak ada lensa bagus namun murah, disini saya akan mereview Lensa 3rd party dari brand YongNuo dimana brand ini sagat terkenal dalam Flash External kamera. Saya akan mencoba membandingkan Lensa YongNuo 50mm f.1,8 mounting Canon dengan lensa Canon 50mm f.1,8.

1. Ketajaman: Menggunakan Aperture 1.8 / 2.8 / 5.6

*Titik Fokus Tengah



Canon 50mm f.1,8
 
YongNuo 50mm f.1,8
Setelah dibandingkan, hasil lensa YongNuo lebih baik dibandingkan dengan Canon jika dilihat dari pengambilan di titik fokus tengah.

*Titik Fokus Sudut Kiri Atas

Canon 50mm f.1,8

 
YongNuo 50mm f.1,8

Setelah dibandingkan pada pengambilan titik fokus sudut kiri atas, lensa YongNuo mempunyai hasil lebih baik. Namun, sedikit lebih terang dibandingkan dengan Canon.

*Titik Fokus Sudut Kanan

Canon 50mm f.1,8

YongNuo 50mm f.1,8

Setelah dibandingkan, pada pengambilan di titik fokus sudut kanan lensa YongNuo mempunyai hasil yang hampir sama dengan Canon, namun sedikit lebih terang pada hasil lensa YongNuo.

 

2. Flare

Flare sendiri merupakan efek dimana terdapat cahaya yang masuk dan menyebar di dalam lensa melalui mekanisme yang tidak diharapkan, misalnya pantulan internal dalam lensa atau material (bilah) lensa yang kurang homogen. Perbedaan tes untuk efek flare pada lensa YongNuo dan Canon EF 50 f/1.8 juga telah didapatkan. Kedua lensa di uji hasil flare pada bukaan aperture f.1,8 dan f.5,6. Dan berikut hasilnya :

f.1,8

f.5,6

Setelah didapatkan gambar dengan efek flare menggunakan lensa YongNuo dan Canon dengan aperture f/ 1.8 dan f/5.6, ternyata hasilnya cukup mengejutkan. Efek flare YongNuo lebih lebar dan terkumpul disamping. Sehingga, menjadikan flare-nya lebih terkontrol.


3. Bokeh

Bokeh sendiri berasal dari bahasa jepang yakni “Boke” yang memiliki arti menjadi kabur atau buram atau bias juga dikatakan titik luar dari fokus. Dengan adanya bokeh pada sebuah foto maka titik fokus yang jatuh pada sebuah objek akan menjadi sangat jelas sedangkan areal selain fokus itu sendiri akan menjadi bokeh atau blur. Bokeh sering dipergunakan dalam fotografi makro, model, jurnalistik, dll. Tergantung pada fotografernya ingin menonjolkan apa dalam foto tersebut. Lain halnya dengan fotografi arsitektur dan landscape yang hampir tidak pernah menggunakan bokeh dalam kreasinya dan cenderung memiliki bidang fokus dari ujung sisi ke ujung sisi lainnya.
Dibawah ini adalah contoh perbandingan hasil foto bokeh yang dihasilkan oleh YongNuo dan Canon

Bokeh dari lensa Canon pada bukaan aperture berturu-turut di f.1,8, f.2,8, dan f.5,6

Bokeh dari lensa YongNuo pada bukaan aperture berturu-turut di f.1,8, f.2,8, dan f.5,6
Bagaimana, sudah melihat sendiri hasilnya bukan?
Melalui perbandingan hasil gambar bokeh pada YongNuo dan Canon menggunakan lensa EF 50 F/1.8, YongNuo lebih mendapatkan hasil yang makismal dan mendapatkan bokeh yang lebih besar. Terutama, pada hasil segi enam bokeh-nya yang tampak lebih indah.

Terbukti, Lensa YongNuo Mampu Bersaing

Dari studi yang dilakukan oleh Jay Levitt terkait dengan perbedaan gambar yang dilihat dari beberapa aspek seperti ketajaman, efek flare, dan efek bokeh menggunakan lensa YongNuo dan Canon EF 50 F/1.8, didapatkan bahwa YongNuo lebih unggul.
Lantas, apakah hasil ini menjelaskan bahwa Canon kalah saing dengan YongNuo dari segi kualitas?
Benar jika dilihat dari tiga aspek perbandingan di atas, tapi tidak untuk yang lainnya. Tapi tetap saja, lensa YongNuo masih punya kekurangan. Beberapa kekurangannya seperti tak adanya garansi resmi dari distributor dan beberapa pengguna mengeluhkan akurasi auto fokus yang terkadang sedikit lebih lamban dalam mengambil objek gambar.

Diposting Oleh : Ricky Junaidi
























Baca selengkapnya

5 Tipe Fotografer yang harus Anda ketahui

Sudah merupakan sifat alami manusia untuk memilah-milah dan mengkategorikan mahkluk hidup, benda mati dan sebagainya tidak terkecuali fotografer. Dalam dunia fotografi internasional dikenal beberapa istilah atau jenis fotografer yg dikutip oleh Enchen Tjin.

1. Amatir (Amateur)
Fotografer amatir adalah fotografer yang mencintai (passionate about) fotografi. Fotografer amatir tidak dibayar untuk berkarya, tapi karya mereka sering lebih baik daripada yang dibayar. Fotografer amatir sebagian besar tidak mendapat pendidikan fotografi secara formal. Mereka mendapatkan pengetahuan fotografi secara informal seperti dari teman, buku, internet dan sebagainya.

2. Profesional
Fotografer profesional adalah fotografer yang dibayar untuk melakukan tugas tertentu (assignment). Pekerjaan utama fotografer ini adalah fotografi. Tugas-tugas fotografer profesional antara lain seperti  iklan, fashion, potret, produk atau event seperti pernikahan, ulang tahun dan sebagainya.
Banyak anggapan bahwa karya fotografer profesional pasti baik, tapi hal ini tidak tentu benar, karena karya fotografer dipengaruhi oleh keinginan pelanggan atau klien. Fotografer profesional juga tidak tentu memakai peralatan fotografi yang termahal. Mereka sangat mempertimbangkan ROI (return of investment). Apakah pembelian alat baru dapat meningkatkan daya saing atau penghasilan mereka? Bila tidak, mereka akan tetap mengunakan peralatan fotografi yang telah mereka miliki.

3. Teknikal
Fotografer ini lebih fokus di dalam mendokumentasi foto apa adanya daripada nilai seni. Contohnya adalah foto astronomi misalnya bulan, bintang, etc, foto makro / close up benda-benda kecil seperti barang-barang antik, batu mineral, kereta api dan sebagainya.

4. Casual / sehari-hari
Ini termasuk semua orang yang memiliki kamera dan mendokumentasikan momen dalam bentuk foto. Fotografer casual tidak memiliki pendidikan formal/informal tentang fotografi, contohnya seperti ibu yang mengambil foto anaknya. Atau seorang remaja  mengambil foto temannya. Sebagian besar fotografer casual mengunakan kamera saku atau telepon selular.

5. Bukan fotografer
Orang yang bukan fotografer adalah orang yang tidak memiliki kamera atau alat untuk merekam gambar, atau orang yang memiliki kamera, tapi tidak pernah/hampir tidak pernah mengunakannya untuk mengambil foto dengan tujuan artistik maupun komunikasi. Mereka biasanya lebih tertarik untuk mengkoleksi alat fotografi atau melakukan  pengukuran alat fotografi dan membandingkannya dengan alat fotografi lainnya.


Post By : Rezky Perdana
Baca selengkapnya

Jumat, 18 November 2016

TIPS Memotret Outdoor




Cara memotret di luar ruangan memang sedikit membutuhkan teknik fotografi sedikit berbeda dengan tips memotret di Indoor.

saat ini banyak kegiatan hunting foto yang dilakukan di luar ruangan dengan berbagai konsep yang beragam dan menarik untuk diikuti. Memotret apapun di siang hari di bawah sinar matahari perlu memperhatikan beberapa hal.

Memang benar banyak cahaya akan memudahkan kita memotret. Namun jika cahaya terlalu kuat juga tidak mesti mendapatkan foto yang bagus. Apalagi disaat kita memotret model atau memotret portrait, kita akan menghadapi beberapa kendala

Salah satu kendala memotret objek di luar ruangan adalah objek susah terlihat natural. Yang sering terjadi, model atau objek lainnya akan merasa silau terkena sinar matahari sehingga sering menyipitkan mata. Selain itu, jika kita Tidak memperhatikan cara memotret outdoor, kita juga sering mendapatkan bayangan terlalu kuat di beberapa bagian.

Tips memotret di luar ruangan yang pertama adalah dengan memperhatikan karakter cahaya di sekitar lokasi pemotretan. Kita harus memperhatikan kondisi cuaca di lokasi. Jika kondisi cuaca kurang baik/tidak mendukung, kami sarankan untuk mencari waktu lain.

Ada tiga macam pencahayaan yang bagus untuk memotret outdoor. Key light, Fill light dan back light. Ketiga fase pencahayaan natural ini dapat Anda gunakan untuk memotret.

Setelah mengenali karakter cahaya di lokasi pemotretan, teknik memotret di luar ruangan selanjutnya yang perlu diingat adalah dengan berkesperimen dengan cahaya yang ada. Jangan biarkan waktu kosong hanya dengan menunggu momen golden hour, cobalah memanfaatkan cahaya yang ada saat itu untuk mencoba memotret.

Cara memotret outdoor selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan arah cahaya matahari di lokasi pemotretan. Cahaya matahari bisa menjadi teman dan juga musuh ketika memotret di luar ruangan. Anda harus memperhatikan dari mana arah cahaya matahari berada.





Pernah dengar kosakata backlight ? ya, itu terjadi ketika kita memotret di luar ruangan dengan menghadap matahari (objek membelakangi matahari). Namun ketika mampu memposisikan backlight dengan tepat justru mendapatkan foto dengan pencahayaan yang indah.

Cara memotret outdoor selanjutnya adalah dengan cara memperhatikan arah cahaya matahari di lokasi pemotretan. Cahaya matahari bisa menjadi teman dan juga musuh ketika memotret di luar ruangan. Anda harus memperhatikan dari mana arah cahaya matahari berada.


Dengan memotret di tempat teduh kita bisa mengindari bayangan kuat ke objek yang difoto. Tips memotret outdoor ini juga bisa membantu objek/model tidak kepanasan dan tidak cepat berkeringat. Meski tempat teduh, tapi usahakan tempat tersebut mendapatkan cahaya yang cukup. Hindari cahaya yang tidak rata jika motret model di outdoor, karena akan menimbulkan wajah mendapat separuh cahaya yang berbeda.

Post By : Muhammad Razly 
Baca selengkapnya

Selasa, 15 November 2016

6 Langkah Mudah Membuat Video Time Lapse Keren Di Kameramu Dan Proses Editingnya

Timelapse adalah salah satu teknik fotografi (atau videography) yang mana kita akan membuat kumpulan foto-foto menjadi video.
Foto-foto yang jumlahnya banyak sekali itu (tergantung durasi videonya) kita atur dengan software pengolah video untuk kemudian diubah jadi video.
Peralatannya pun fleksibel, terserah kamu mau pake kamera DSLR, mirrorless, bahkan kamera hape atau smartphone Android pun bisa.

Meski begitu, tak sesederhana memotret terus kita satukan semuanya dalam video, ada beberapa hal penting yang perlu kita pahami. Yuk kita lihat bersama:

Pertama adalah foto-foto yang dipotret harus berurutan agar ketika disatukan dalam bentuk video hasilnya teratur.
Biasanya kita membuat video timelapse untuk merekam pergerakan dari objek yang jika kita rekam dalam bentuk video normal akan lebih lama.
Misalnya dari gelap ke terang (saat fajar) atau sebaliknya saat matahari terbenam (sunset).
Kedua adalah posisi dan sudut pemotretan yang kita gunakan harus sama, agar supaya videonya nanti tidak terlihat aneh.
Untuk itu mari kita pelajari bersama bagaimana cara memotret untuk dijadikan video timelapse.


Peralatan Yang Dibutuhkan Untuk Memotret Timelapse

1. Kamera
Kamera di sini bersifat universal ya, tak hanya sebatas kamera DSLR  (Canon, Nikon, Pentax) atau mirrorless (Sony, Fuji, Olympus dll) meskipun  tentunya kualitas gambarnya akan lebih bagus.
Kamu juga bisa kok menggunakan kamera smartphone yang semakin hari semakin canggih itu.
Salah satu keuntungan memakai smartphone, kamu bisa memanfaatkan beberapa aplikasi yang secara otomatis membantu kamu untuk membuat video time lapse langsung dengan videonya.

2. Tripod
Tripod bisa dikatakan penting, agar supaya hasil foto nantinya tidak bergeser dan amburadul.
Selain itu, dengan tripod juga membuat kamera kamu lebih stabil saat memotret, khususnya saat memotret dalam kondisi yang kurang cahaya dan membutuhkan shutter speed lambat.
Jika kamu tak memiliki tripod, akali saja dengan memanfaatkan bidang datar yang bisa kamu temui di area tempat kamu memotret.

3. Intervalometer/ Shutter Release/Manual
Kamu bisa pilih dari ketiga hal di atas, pada intinya semuanya sama yaitu supaya kita bisa memotret objek dengan jarak interval dari foto yang satu ke foto yang lain waktunya sama.
Misalnya kamu menentukan memotret dengan jarak 10 detik (atau 10 menit), artinya setiap 10 detik/menit tadi kamu harus memotret satu kali (satu jepretan/frame).

Untuk mempermudah, silakan gunakan alat bernama interavalometer. Alat ini memungkinkan kamera untuk memotret secara otomatis setiap rentang waktu yang telah diatur.
Selain itu pada beberapa shutter release juga ada yang sudah dilengkapi dengan fitur ini.
Jika kamu beruntung, bisa saja kamera yang kamu miliki sudah dilengkapi fitur interval shooting yang akan kita manfaatkan untuk membuat video time lapse ini . Cek lagi manual kamera kamu.
Contohnya pada kamera Nikon seri 5200. Untuk kamera Canon yang belum memiliki fitur ini, silakan install Magic Lantern untuk mendapatkan fitur ini secara ajaib di kamera Canon kamu.
Jika terpaksa manual, yaah siap-siap aja jari kamu pegel karena menekan shutter puluhan hingga ratusan kali. Jangan lupa juga siapkan stopwatch atau timer.

Langkah-Langkah Memotret Untuk Video Time Lapse

Tutorial ini dibuat dengan basic menggunakan kamera DSLR dan mirrorless, tapi kamu juga bisa memanfaatkannya dengan menggunakan kamera pocket (saku), kamera aksi (Xiao Mi, GoPro dll) maupun menggunakan kamera digital lainnya.
Silakan disesuaikan pengaturan program mode pada kamera kamu.
Khusus untuk membuat video time lapse menggunakan smartphone, pada dasarnya sama saja, hanya jauh lebih mudah karena ada bantuan aplikasi khusus untuk membuat video time lapse.
Silakan lakukan pencarian di toko aplikasi smartphone kamu dengan kata kunci aplikasi time lapse video.
Mari kita lihat step by step cara memotret untuk video time lapse:

1. Tentukan lokasi pemotretan

Penentuan lokasi pemotretan ini termasuk di dalamnya adalah menentukan angle foto, objek yang akan dipotret, suasana yang diincar (misalnya terbenamnya matahari).
Selain itu keamanan lingkungan juga penting (karena kamu akan berada dalam waktu cukup lama di tempat yang sama), jangan sampai sementara kamu memotret terus ada truk kontainer yang datang parkir tepat di depan kamera kamu, kan gak lucu.

2. Persiapkan kamera yang digunakan

Selain persiapan lokasi, pastikan juga kamera kamu siap. Baterai yang ada terisi penuh, memory card yang sudah selesai diformat.
Gunakan kartu memori dengan kapasitas yang cukup besar, karena nantinya kita akan menghasilkan foto dengan jumlah banyak.



Ukuran 8 GB umumnya sudah mencukupi. Gunakan format file JPEG agar supaya tidak repot mengedit serta tidak terlalu memakan kapasitas kartu memori.

3. Masuk ke mode Aperture Priority

Mengapa kita menggunakan mode Aperture Priority (Av/A)?
Karena tujuan kita adalah untuk memudahkan pemotretan, maka pengaturan semi otomatis yang paling tepat adalah Av ini.
Dengan menggunakan mode Aperture Priority maka kita hanya menentukan bukaan berapa yang kita inginkan maupun batasan ISO, dan kamera akan menyesuaikan shutter speed yang ada.
Karena kita menggunakan tripod, maka resiko foto blur karena kamera memilih shutter speed yang terlalu lambat bisa kita hilangkan.
Selain itu kita bisa menjaga tingkat eksposure dan ketajaman foto serupa satu sama lain (asalkan kamera tidak salah membaca tingkat eksposure saja).

4. Set bukaan kecil agar area foto tampak tajam

Bukaan kecil di f/8-f/13 sudah mencukupi untuk menghasilkan ruang tajam di keseluruhan areal foto.
Setelah menentukan bukaan lensa, hal berikutnya adalah memastikan penggunaan ISO yang rendah. Gunakan saja ISO di angka 100 atau 200.

5. Setting Intervalometer yang kamu miliki (atau kamu pinjam :D)

Untuk mengatur settingan Intervalometer ataupun interval shooting ada sedikit rumusnya lho.
Tenang, tidak rumit kok.
a. Tentukan berapa fps (frame per second) video kamu nantinya.
Fps di sini menentukan seberapa smooth atau seberapa halus video kamu, jadi jika fpsnya rendah video kamu terkesan akan patah-patah.
Semakin tinggi fps yang kamu pilih, maka video akan semakin mulus perpindahannya (semakin kayak film beneran dah).
Umumnya dalam perekaman video dikenal frame rate mulai dari 23 fps, 24 fps, 30 fps, 60 fps, hingga 120 fps. Di bawah dari itu, videonya akan tampak kurang bagus.
Contohnya 23 fps: Maksudnya adalah dalam satu detik akan ada 23 foto yang berganti diputar. Demikian juga dengan 120 fps, akan ada 120 foto yang diputar secara bergantian atau berurutan.
Banyak sekali bukan?
Karena banyaknya itulah maka takkan terlihat bahwa ini sebenarnya hanya foto yang diputar secara berurutan. Malah terlihat seperti video yang direkam. Pada dasarnya inilah prinsip perekaman video.
Setelah kamu menentukan berapa fps yang ingin digunakan, mari kita asumsikan kamu memilih 30fps. Lanjuuut…

b. Tentukan berapa lama durasi video yang ingin kamu hasilkan
Jika kamu ingin menguploadnya di Instagram, durasi yang diinginkan adalah 30 detik.
Silakan kalikan 30 detik dengan jumlah frame per second yang kamu pilih tadi yaitu 30fps.
Hasilnya adalah 30 x 30fps = 900 frame atau 900 foto.
Semakin lama durasi timelapse, semakinn banyak jumlah foto yang kamu butuhkan


Wow…!
Banyak sekali bukan? Itu hanya untuk durasi 30 detik lho, kamu butuh memotret sebanyak 900 kali atau 900 foto.
Oleh karena itu kamera kamu akan bekerja keras jika sekali membuat video timelapse. Apalagi jika durasinya bertambah.

c. Tentukan jeda waktu per foto yang ada
Maksudnya jeda waktu adalah rentang waktu dari satu foto dijepret ke foto berikutnya, hal ini ditentukan dari objek yang ingin kamu tampilkan.
Jika pergerakan objek yang kamu potret cepat, misalnya kamu memotret suasana ramai pejalan kaki, silakan menggunakan jeda waktu yang lebih cepat.
Jika pergerakan objek lambat, misalnya pergerakan awan atau matahari terbenam (matahari terbenam sih lumayan cepat ya), kamu bisa menentukan jeda waktunya lebih lambat.
Kita asumsikan kamu memilih jeda waktu 5 detik.
Artinya antara satu foto dan foto berikutnya ada rentang waktu selama 5 detik sebelum dijepret lagi.
Jadi total waktu yang kamu butuhkan untuk menghasilkan 900 jepretan adalah 4500 detik (900 x 5 detik) atau  1,25 jam. Cukup lama bukan?
Itupun di luar lama shutter speed yang dipilih kamera.
Ingat kita menggunakan mode Aperture Priority, dimana shutter speed dipilihkan kamera, jika kamera memutuskan shutter speed rata-rata 1 detik sampai 10 detik (karena kondisi agak gelap), otomatis waktu tadi akan berlipat ganda lamanya.

Solusinya: siapkan snack dan cari tempat duduk yang nyaman hehe.

6. Mulai Memotret

Setelah persiapan selesai, mulailah memotret! Silakan gunakan intervalometer yang ada, duduk yang manis dan selamat menanti kamera selesai memotret.
Ingat, pastikan jangan sampai kamera bergoyang atau tersentuh, baik oleh kamu atau mungkin binatang yang lewat :D.

Setelah Selesai…

Setelah menanti cukup lama.. Akhirnya selesai juga kamera kamu memotret.
Silakan biarkan beberapa saat sebelum meninjau hasil foto yang ada, agar supaya kamera bisa sedikit beristirahat hehe.
Jika sudah terasa cukup, silakan tinjau hasil foto yang ada. Apakah ada yang terlampau terang ataupun terlampau gelap.
Karena sesudah itu kita akan masuk ke proses editingnya.
Oh ya jika kamu masih merasa agak kurang puas dengan hasil pertama, bisa dicoba kembali dengan angle yang berbeda atau settingan yang berbeda.
Ingin mencoba mode Manual? Bisa saja, saya pribadi biasanya menggunakan mode manual jika membuat timelapse dengan slow shutter speed pada malam hari.

Proses Editing Video Timelapse

Untuk mengedit hasil foto-foto (yang jumlahnya ratusan) tadi, kita membutuhkan software editor video, baik itu software khusus edit timelapse ataupun software edit video biasa.
Kecuali kamu menggunakan aplikasi smartphone ataupun mirrorless yang sudah diinstal aplikasi timelapse (seri Sony A5000 ke atas kayaknya bisa), step editing ini bisa dilewati.
Oh ya, satu hal penting.
Kita juga butuh PC atau laptop pastinya ya untuk mengedit. Untuk bisa menjalankan program edit video yang cukup berat semacam Premiere Pro, pastikan PC atau laptop kamu memiliki spek yang memadai.

Software edit video Time Lapse

Software khusus timelapse yang bisa kita gunakan untuk desktop atau PC yang free adalah Panolapse.
Tentu masih banyak software serupa tersedia di jagat maya.
Selain itu kita juga bisa menggunakan software editing video populer semacam Adobe Premiere Pro, Sony Vegas, Final Cut Pro, dan masih banyak lagi, bahkan kamu bisa menggunakan Movie Maker untuk mengedit video Time Lapse.
Kelebihan software-software ini tentunya kita lebih leluasa dalam menentukan hasil akhir video, seperti menambahkan lagu atau instrumen untuk menghasilkan video timelapse yang lebih ciamik lagi.
mari kita lihat step by step proses editing di software Panolapse ini.
1. Rename semua file foto yang sudah kamu potret tadi berdasarkan urutan pertama ke terakhir
Untuk melakukannya cukup mudah. Blok keseluruhan foto dengan cara klik foto terakhir, tahan tombol Shift, lalu klik foto pertama.
Setelah itu klik kanan dan pilih Rename. Silakan berikan nama sesuka kamu, nantinya foto pertama akan ada angka 1 dan seterusnya hingga foto terakhir.

2. Import foto ke software Panolapse
Setelah direname, silakan masukkan keseluruhan foto tadi dengan memilih tombol Import pada software Panolapse.
 Blok keseluruhan foto yang ada, kemudian pilih Open.
Nantinya akan muncul pilihan settingan yang harus kita atur. Jika kamu menggunakan panjang fokal 18mm di kamera APSC yang kena crop factor, silakan masukkan informasinya di sini. Lalu pilih Done.

Setelah itu kamu bisa melakukan preview video timelapse yang nantinya akan diexport. 
Jika sudah puas, silakan lanjutkan dengan memilih Export Frames.

Akan muncul kotak dialog berisi pengaturan export. Untuk trial version kita hanya terbatas memilih resolusi HD (1280 x 720) dan tidak bisa Full HD.
Di sini juga kamu bisa memilih settingan frame rate (fps), sesuaikan dengan yang sudah dijelaskan di atas. Perhatikan juga output folder tempat kamu menyimpan hasil render.
Setelah itu silakan pilih tombol Queue for render, kemudian tunggu Panolapse akan membuat folder baru dan mengekspor foto-foto yang akan dirender, setelah terlebih dahulu disesuaikan dengan pengaturan tadi.
Jika sudah selesai baru kamu pilih Render All di pojok kanan bawah.
Sampai di sini silakan tunggu software Panolapse selesai merender keseluruhan video timelapse yang kita buat

Video Timelapse Sudah Jadi…!

Yup.. Setelah selesai dirender, kamu bisa melihat hasilnya di folder output tadi.
Biasanya Panolapse akan membuat folder baru berisi foto-foto yang dirender, serta satu file video dengan format yang kita pilih tadi (MOV, AVI atau MP4).
Video dari Panolapse benar-benar hanya video alias tanpa suara. Untuk memasukkan musik atau lagu, silakan gunakan Premiere Pro, Sony Vegas ataupun software lainnya.
Caranya pun sangat mudah tinggal drag and drop video ke software, import file audio, sesuaikan (cut) audio dengan panjang durasi video, kemudian export.

















 
Baca selengkapnya

12 Peralatan Tambahan Untuk Merekam Video Dengan DSLR Secara Profesional


Tau gak harga kamera video pro sekelas RED Epic itu bisa mencapai ratusan juta rupiah?
Nah jika kamu yang (tentunya) keberatan dengan harga segitu, namun tetap ingin membuat video dengan kualitas bagus, cobalah menggunakan kamera DSLR!
Salah satu keunggulan kamera DSLR atau Mirrorless yang dipakai merekam video adalah kualitas video yang tinggi.
Kejernihan gambar serta reproduksi warna yang terlihat nyata bisa didapatkan setiap orang yang mencoba merekam video dengan DSLR.
Jika kamu salah satu yang tertarik untuk membuat video (dokumentasi, film pendek, ataupun presentasi) menggunakan kamera DSLR, berikut ini adalah beberapa peralatan yang patut kamu tambahkan dalam project list.
Dengan tambahan beberapa peralatan ini, bisa dijamin kualitas video (dan audio) DSLR kamu pasti akan meningkat drastis dan kamu pun akan terlihat lebih profesional.
Bagian Video
Beberapa peralatan berikut khusus untuk hasil kualitas rekaman video dari kamera DSLR yang lebih baik lagi

1. Steady Cam/Shoulder Rig

Kamu yang pernah merekam video dengan DSLR ataupun jenis kamera lainnya, hanya menggunakan tangan tanpa alat bantu, tentu mengerti bagaimana susahnya menjaga kamera tidak bergoyang.
Itu hal yang wajar.
Kecuali tangan kamu sudah kehilangan sensitivitas sarafnya, mungkin baru tidak akan bergetar.
Oh ya, kamu bisa meminimalisir getarannya juga dengan berlatih tiap hari menjaga agar tidak terlalu bergetar.
Meski begitu, agar mempermudah serta memaksimalkan hasil video agar tidak bergoyang, kamu membutuhkan alat yang disebut steadycam atau shoulder rig.
Shoulder Rig. Source: Amazon.com

Fungsi utama alat ini tentu supaya hasil video yang direkam tidak bergoyang dan tetap stabil meski pengguna bergerak kesana kemari saat mengganti sudut pandang perekaman.
Cara kerjanya sangat sederhana, beban kamera disalurkan ke pundak perekam sehingga getaran yang ada bisa diminimalisir. Pada beberapa shoulder rig pro juga dilengkapi dengan tambahan alat seperti untuk lampu dan mic.
Untuk yang kelas profesional, shoulder rig ini memang cukup terasa harganya. Saat ini di pasaran bisa dijumpai di kisaran 2 jutaan untuk shoulder rig.
Namun jika kamu seorang kreatif, kamu bisa mencoba membuatnya sendiri dari bahan-bahan yang murah meriah.

2. Follow Focus

Salah satu kelemahan rekaman video dengan DSLR adalah sistem fokus yang masih belum memadai.
Pada kebanyakan DSLR, saat merekam video maka kamera akan masuk ke mode Live View dan menggunakan sistem deteksi kontras yang memang lambat dalam menentukan fokus.
Selain itu lensa juga akan `hunting atau bergerak maju mundur mencari fokus (pada beberapa jenis lensa, bagian depan lensa akan tampak bergerak).

Follow focus yang digunakan di kamera Canon. Source: Geniustech


Beberapa produsen kamera sudah berusaha untuk mengatasi masalah ini, contohnya pabrikan kamera Canon yang memproduksi kamera dengan sensor dual pixel serta lensa Stepper Motor, yang diklaim jauh lebih cepat mencari fokus saat rekam video tanpa hunting terlebih dahulu.
Selain itu mirrorless seperti Sony A6000 atau A7s juga memiliki kemampuan autofokus yang sangat cepat saat live view.
Bagaimana jika kamu hanya menggunakan kamera entry level serta tak memiliki fitur-fitur seperti di atas?
Solusinya tentu hanya menggunakan manual fokus.

Nah untuk mempermudah kita dalam mengatur manual fokus, hadirlah alat yang namanya follow focus ini.
Ketimbang memutar ring fokus di lensa, kita tinggal memutar roda pada follow focus.
Sayangnya juga harganya masih terbilang mahal, dan kadang harus terintegrasi dengan rig tertentu.
Saya pribadi lebih menyukai metode putar ring fokus tanpa mengeluarkan biaya, meski kadang agak merepotkan juga hehe.

3. Slider

Saat merekam video atau sebuah film sederhana, terkadang fungsi slider itu terasa lebih penting ketimbang tripod.
Mengapa begitu?
Tentu karena dengan slider kita bisa mendapatkan efek cinematic yang tak bisa didapat dengan tripod.
 
Slider kamera untuk hasil video cinematic. Source: Kamerar

Efek cinematic ini akan membuat hasil video kamu jadi lebih ciamik serta tampak profesional.
Bagi yang belum tahu, slider ini semacam rel lengkap dengan quick release plate tempat kita menempatkan kamera, sehingga saat merekam kamera bisa digerakkan maju mundur ataupun ke kiri dan ke kanan.

4. Tripod

Meski dibilang sebelumnya bahwa slider kadang terasa lebih penting dari tripod, namun tetap saja kita membutuhkan alat ini.
Dengan menggunakan tripod kita bisa mendapatkan hasil gambar yang stabil, tidak bergoyang selain itu penggunaanya pun sangat mudah.
Kamera Canon 5D Mark II ditempatkan di atas Tripod


Tripod juga merupakan hal wajib bagi kameramen jika ingin membuat efek-efek khusus dalam video seperti efek aktor menghilang, dimana prinsipnya adalah menggunakan dua frame yang direkam dari posisi dan angle yang sama.
Berbeda dengan fotografi yang lebih cocok menggunakan tripod dengan ball head, tripod untuk merekam video lebih baik menggunakan yang versi pant tilt head (yang punya pegangan tangan).
Jenis tripod ini paling tepat untuk video karena kamera jadi mudah diarahkan saat merekam video.

5. Matte Box

Bahkan untuk seri kamera video pro pun, matte box ini tetap jadi alat wajib digunakan.
Fungsinya mirip dengan lensa hood dimana menjaga agar tidak ada cahaya yang tak diinginkan masuk ke lensa.
Rig kamera lengkap dengan follow focus dan matte box di bagian depan lensa. Source: Shoot35

Selain mencegah flare, pada beberapa jenis matte box juga terintegrasi dengan filter holder.

6. Filter ND

Filter ND ini fungsinya tetap sama baik untuk fotografi maupun merekam video.
Mengapa kita membutuhkan filter ND saat merekam?
Hal ini ada kaitannya dengan pengaturan shutter speed saat merekam video.
Jika dalam fotografi untuk menjaga agar foto tidak over exposure maka kita menaikkan shutter speed jadi lebih cepat, tidak demikian saat kita merekam video.
Saat merekam video dengan DSLR, aturan shutter speednya adalah 1/(2 x frame rate). Frame rate yang biasa digunakan adalah 24 fps, 30fps, dan 60fps. Aturan ini dikenal juga dengan 180 degree rule.
Filter ND sangat berguna saat memotret di bawah terik matahari

Kamu bisa memilih frame rate ini dalam pengaturan perekaman di kamera kamu. Pada beberapa kamera DSLR terbaru, kita bisa merekam video Full HD hingga di frame rate 60fps.
Nah, misalnya kita memilih frame rate di 30 fps, maka shutter speed yang harus kita pakai adalah 1/60s. 
Jika kita memotret dalam kondisi terang benderang, shutter speed 1/60s ini akan membuat video terlalu terang, sehingga kita akhirnya terpaksa mengecilkan bukaan lensa ke nilai f yang besar.
Kita tahu bersama saat menggunakan nilai f besar, maka keseluruhan objek dalam frame akan tampak tajam.
Hal ini mungkin bagus pada beberapa scene, tapi otomatis kita akan kehilangan efek bokeh atau shallow depth of field yang sering menjadi nilai jual utama dalam film atau video.
Agar bisa menggunakan nilai f yang kecil (bukaan besar) sepert f/2,8, maka kita perlu menambahkan filter ND agar cahaya yang masuk tidak terlampau banyak, dengan begitu efek bokeh tetap bisa kita dapatkan saat merekam video di kondisi terang (siang hari misalnya).
Filter ND dengan nilai 10 stop biasanya sudah memadai untuk melakukan perekaman di siang hari. Jangan lupa untuk menyesuaikan ukuran filter dengan diameter lensa kamu.
Jauh lebih baik jika kamu membeli ukuran filter besar yang populer semisal 77mm, nanti kemudian disesuaikan dengan ring step down filter.

7. Lampu Portable/LED

Jika filter ND berguna untuk perekaman video di siang hari, maka lampu LED portable ini akan berguna saat merekam video di malam hari atau di kondisi yang gelap/kurang cahaya (misalnya di dalam ruangan).
Menaikkan ISO dalam kondisi kurang cahaya memang akan sangat membantu, tapi ingat dampak utama dari nilai ISO yang besar adalah noise yang akan terasa.
Lampu portable seperti ini sangat membantu saat merekam video malam hari

Bintik-bintik yang memenuhi seantero layar video tentu akan menurunkan kualitas video yang kamu rekam dan berkesan tidak profesional.

Untuk mengakalinya, silakan siapkan lampu LED portable yang mudah dibawa kemana-mana. Tentu jika dalam ruangan dan tersedia tenaga listrik, kamu bisa menggantinya dengan lampu penerangan biasa.
Tapi jika merekam video di tepi jalan misalnya, mau tidak mau kamu akan memerlukan jenis lampu ini.

8. LCD Monitor

Rata-rata ukuran layar LCD kamera DSLR adalah 3-3,2 inchi.
Layar sekecil ini tentu akan membuat kamu kurang nyaman dalam mengambil video, detail-detail yang kecil mungkin akan terlewatkan dalam prosesnya.
Apalagi jika layar LCD yang dimiliki kameramu bersifat fixed atau tidak bisa dilipat.Hal ini akan semakin menambah ketidaknyamanan kamu sendiri.
Untuk mengatasinya, LCD monitor portable akan sangat membantu.
Saat ini sudah banyak tersedia LCD monitor dengan beragam ukuran yang langsung bisa disambungkan ke kamera DSLR.
Beberapa bahkan dilengkapi dengan braket adapter sehingga bisa diletakkan di port hot shoe kamera.
Jika kamu menggunakan rig yang lengkap, biasanya sudah tersedia mounting khusus untuk menempatkan LCD monitor terpisah.
 
Untuk Audio
Berikut beberapa peralatan tambahan untuk meningkatkan kualitas perekaman suara (audio) dalam video project kamu.

9. Microphone

Merekam video dengan mengandalkan built in mic di kamera kamu hanya akan menghasilkan audio yang kurang baik dan tidak profesional.
Jika kamu serius ingin menghasilkan karya video atau film dengan kualitas terbaik, jangan menyepelekan faktor suara atau audio ini.
Salah satu faktor penentu kualitas audio yang didapat adalah microphone.
Tahukah kamu beberapa mic pro itu harganya bahkan bisa berlipat kali ganda harga kamera DSLR? Hehe…
Mic eksternal yang dilengkapi dengan windshield

Tenang kamu tak perlu sampai membeli mic seharga kamera full frame. Silakan sesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Namun tetap saja namanya kualitas pasti berbanding lurus dengan harga.
Intinya kita tetap akan memerlukan external microphone ketimbang menggunakan mic built in.
Ada beberapa jenis mic yang sering digunakan dalam proses perekaman video. Diantaranya adalah shotgun mic, boom mic dan clip on.
Silakan disesuaikan dengan kondisi atau scene apa yang ingin direkam.

10. Audio Recorder

Loh kan sudah ada recorder di kamera?
Yup, sebagian besar kamera DSLR memang sudah menyediakan port untuk jack input (biasanya ukuran 1/4 inch), beberapa kamera bahkan menyediakan port output untuk headphone.
Meski begitu, kamu tetap disarankan untuk menggunakan portable audio recorder atau perekam suara terpisah.
Zoom H4N Audio Recorder

Mengapa? Ada beberapa alasannya.
  • Recorder built in di kamera biasanya bersifat sebagai fitur atau tambahan saja, otomatis kualitasnya tak bisa dibandingkan dengan recorder device khusus.
  • Fitur yang ada umumnya terbatas, pada beberapa kamera bahkan kita tidak bisa mengatur settingan gain controlnya.
  • Input terbatas hanya untuk satu microphone, padahal terkadang kita juga memerlukan beberapa mic untuk hasil lebih baik.
Dengan menggunakan Audio Recorder Device terpisah kamu bisa mendapatkan beberapa keuntungan yang tidak diberikan built in recoder di kamera.
Selain itu dengan menggunakan peralatan terpisah, akan sangat memudahkan editor dalam post processing video kamu nanti, khususnya dalam pengeditan audio.
Beberapa sound recorder dengan harga terjangkau banyak tersedia di toko elektronika dan audio di Indonesia. Beberapa diantaranya pun bisa dibeli via online.
Salah satunya adalah Zoom H4N yang banyak disarankan oleh pecinta DSLR Filmmaker.

11. Headphone

Jika menggunakan recorder terpisah, sudah tentu lebih baik dilengkapi dengan headphone. Berhubung tak semua kamera menyediakan port audio output untuk headphone.
Fungsi utama dari alat ini tentu supaya kita bisa memonitor kualitas suara yang direkam, sehingga jika ada yang terasa kurang bisa langsung kita koreksi (direkam lagi).
Jangan sampai kekurangannya nanti diketahui saat post processing, untuk melakukan syuting ulang tentu hanya menambah biaya dan tenaga.

12. Clapper Board

Kamu yang sering menonton video behind the scene ataup proses syuting film pasti sering melihat benda ini. Papan dengan strip hitam putih ini memang sangat iconic dalam proses pembuatan film.
Fungsinya pun sangat penting,
Tanpa adanya clapper board, editor bisa dibuat pusing tujuh keliling saat akan mengedit foto dan video, apalagi yang jumlah scenenya cukup banyak.
Bunyi saat clapper board ini memang mirip dengan  tepukan tangan, dari situlah asal namanya.

Bunyi clap tadi akan membantu editor dalam proses sinkronisasi antara video dan audio saat post processing. Selain itu pada papan ini juga dicantumkan beberapa info penting terkait scene yang akan direkam.
Info-info itu antara lain: nama film yang diproduksi, no scene, tanggal syuting, kondisi perekaman (siang atau malam), serta beberapa info penting lainnya.
Bagi kamu yang mungkin produksi filmnya tidak terlalu banyak scene, clapper board ini mungkin masih bisa ditiadakan (padahal tidak susah loh membuatnya).
Namun jika kamu ingin mempermudah pekerjaan editor (apalagi jika kamu sendiri editornya hehe), plus ingin belajar recording video secara pro, mulailah menggunakan clapper board ini dalam setiap scene yang akan direkam.

***
Demikian beberapa peralatan tambahan yang disarankan untuk kamu yang ingin membuat film pendek atau dokumenter menggunakan DSLR.
Kalau tidak menggunakan DSLR bagaimana? Tentu saja peralatan di atas tetaplah diperlukan jika ingin hasil yang lebih berkualitas.
Baca selengkapnya

YongNuo Meluncurkan Lensa 100mm f/2 Untuk Canon Seharga 2 Jutaan!

Bukaan lensa f/2 tentunya menjanjikan hasil foto dengan bokeh yang menakjubkan. Apalagi jika ditambah dengan panjang fokal 100mm yang ‘cukup’ tele.
Nah saat ini lensa 100mm f/2 untuk merk Canon dipasarkan dengan harga 6.8 juta rupiah, harga yang cukup bisa membuat para fotografer dengan budget tipis geleng-geleng kepala sambil pasang wajah mupeng hehe.

Kamu yang selama ini bermimpi bisa merasakan bokeh di bukaan aperture 2.o bisa tersenyum lega. Pabrikan asal Cina, YongNuo, tampaknya cukup jeli melihat hasrat para fotografer ini.
Setelah sukses di pasaran dengan deretan lensa 35 dan 50mm, YongNuo kembali menggebrak dengan lensa 100mm f/2. Tidak tanggung-tanggung, lensa ini dipasarkan hanya seharga US $170 atau jika dirupiahkan dengan kurs saat ini adalah senilai 2,2 juta rupiah!

Seperti kami kutip dari Petapixel, berita peluncuran lensa ini tampil di situs YongNuo Hong Kong.
Dengan tampilan yang begitu mirip dengan versi pabrikan Canon, lensa ini menjanjikan aperture di bukaan f/2, susunan 8 elemen lensa dalam 6 grup, serta memiliki 9 blade aperture.
YongNuo 100mm f/2 ini mengijinkan fotografer untuk menyematkan filter dengan ukuran diameter 58mm.
Kamu bisa menyaksikan video di bawah ini yang memperlihatkan penampakan lensa YN 100mm f/2 ini di Photokina 2016, saat diliput oleh Photogearnews.


Mungkin saja dalam beberapa waktu kedepan, kita akan segera melihat hasil foto dari lensa ini.
Jika hasilnya cukup bisa diandalkan (mengingat harganya yang tak sampai setengah harga lensa Canon), sudah bisa dipastikan banyak fotografer yang akan bersorak gembira.
Kehadiran Yongnuo di ranah persaingan lensa dengan harga murah meriah ini tentu menjadi angin segar bagi fotografer, khususnya yang memiliki budget pas-pasan.
Kamu yang merasa harga lensa-lensa pabrikan kamera terlampau mahal kini bisa melirik Yongnuo untuk alternatifnya.
Meski begitu, hingga saat ini belum diketahui kapan lensa Yongnuo 100mm f/2 ini akan hadir di Indonesia, serta harga resminya.
Semoga saja tidak jauh-jauh dari yang sudah diberitakan di atas.
Jadi, apakah kamu tertarik untuk memiliki lensa YN 100mm f/2 ini?

Diposting Oleh : Ricky Junaidi 
Baca selengkapnya

Kontes Fotografi Nikon, Foto Pemenang Ternyata Gambar Hasil Editan

Nikon baru saja memperoleh tamparan keras terkait kontes fotografi yang baru saja mereka adakan. Bagaimana tidak, dalam kontes fotografi tersebut, Nikon ternyata memilih pemenang yang pada akhirnya diketahui menggunakan gambar hasil Photoshop alias gambar editan. Sontak hal ini pun membuat Nikon jadi korban bully oleh para fotografer dari berbagai penjuru dunia.




Tak hanya memilih foto editan sebagai pemenang kontes fotografi, Nikon cabang Singapura bahkan menyebut gambar pemenang tersebut sebagai hasil foto yang impresif. Dikutip dari Petapixel, Nikon pun menuliskan kalau fotografer tersebut berhasil menangkap momen yang sempurna, di mana nampak sebuah pesawat terkurung dalam bingkai sebuah tangga yang ada di Chinatown.



Para fotografer dari berbagai penjuru dunia pun langsung bereaksi terhadap penunjukan foto hasil editan sebagai pemenang kontes. Terlebih nampak jelas terdapat kotak putih yang ada di sekitar pesawat, mengindikasikan kalau pesawat dalam foto ini merupakan hasil editan. Bukan murni jepretan kamera. Mereka pun berlomba-lomba mengedit foto pemenang tersebut menjadi berbagai gambar yang konyol. Mulai dari kemunculan Godzilla dalam foto hingga munculnya wajah Darth Vader.


Pemilik gambar hasil editan itu sendiri awalnya mengatakan kalau dia beruntung bisa menangkap foto pesawat dalam bingkai sebuah tangga. Namun setelah ramai aksi protes terhadap penunjukan fotonya sebagai pemenang kontes, pria tersebut pun akhirnya mengakui kalau dirinya memang menggunakan aplikasi edit foto PicsArt untuk menghasilkan gambar tersebut.
Dalam akun Instagramnya, fotografer tersebut tak lupa mengucapkan permintaan maafnya kepada Nikon. Terlebih lagi dia juga meminta maaf kepada para fotografer lain terkait penggunaan foto hasil editan dalam kontes fotografi yang diadakan Nikon.
Baca selengkapnya

Senin, 14 November 2016

10 Foto Kreatif Ini Pakai Bayangan Sebagai Motif di Kulit


Bayangan merupakan sisi hitam di balik sebuah objek yang tak terkena cahaya matahari. Pada beberapa kesempatan, bayangan bisa menjadi sebuah petunjuk arah atau waktu jika tak ada penunjuk pasti. Kompas atau jam, misalnya.

Namun, lebih dari itu, di dunia pemotretan, bayangan adalah sebuah hal penting untuk menghasilkan foto yang brilian. Yap! Bayangan dapat membuat foto sederhana menjadi istimewa. Membuat foto biasa menjadi luar biasa. Seperti foto-foto yang dihimpun dari Bored Panda berikut ini. Menjadi siluet di bagian tubuh, bayangan itu menjadi motif cantik tanpa perlu diragukan lagi.













Baca selengkapnya